JAKARTA, METRO–Polemik dalam dunia tenis meja nasional kembali mencuat. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI), Peter Layardi Lay, secara terbuka mempertanyakan langkah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang meÂngusulkan Indonesia Pingpong League (IPL) menjadi anggota federasi internasional tenis meja, ITTF (International Table Tennis Federation).
Peter menegaskan, langÂkah tersebut telah meÂnimbulkan keresahan di kalangan pengurus provinsi dan pemangku kepentiÂngan tenis meja nasional. Ia menyampaikan kekhawatiran tersebut usai RaÂpat Koordinasi Nasional PB PTMSI yang digelar di Jakarta, Kamis (31/7).
“Salah satu hal yang membuat resah para pengurus provinsi adalah diusulkannya IPL sebagai anggota ITTF. Kami ingin tahu apa maksud dan tujuan dari langkah tersebut,” ujar Peter.
Selain soal keanggoÂtaan IPL di ITTF, PB PTMSI juga mempertanyakan maksud penyelenggaraan Seleksi Nasional (Seleknas) Tenis Meja Piala Menpora 2025. Menurut Peter, pelaÂtÂnas seharusnya memiliki arah yang jelas—baik jangÂka pendek, menengah, maupun panjang—terutama menjelang SEA Games 2025.
“Kalau memang ini bagian dari persiapan SEA Games, kami ingin kejelasan. Jangan sampai terjadi kebingungan antara Seleknas dan Pelatnas. Atlet butuh arah,” katanya.
Peter menegaskan bahwa PB PTMSI yang dipimpinnya merupakan organisasi sah berdasarkan putusan Mahkamah Agung dan memiliki legalitas kepengurusan dengan dukungan dari 38 Pengprov serta hampir 400 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
“Kami datang ke Kemenpora dan NOC Indonesia membawa SK resmi. Tapi kami menilai, apa yang dilakukan Kemenpora saat ini justru berpotensi menimbulkan blunder dan memelihara dualisme organisasi,” tegasnya.
Peter menuding bahwa langkah Kemenpora bisa berdampak destruktif terhadap masa depan tenis meja nasional.
















