JAKARTA, METRO–Wacana menjadikan Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler di sejumlah SD dan SMP di Surabaya menuai pro dan kontra. Sebagian orang tua menyambut baik inovasi ini karena melihat potensi e-sports. Sebagian lain khawatir akan dampak negatifnya pada anak-anak, terutama risiko kecanduan.
Psikolog pendidikan dan keluarga Maulidah Muflichah menyarankan orang tua untuk tidak buru-buru menolak. Paling tidak, ortu harus punya tiga sikap: terbuka, kritis, dan edukatif. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah tumbuh di era digital.
“Kalau orang tua langsung menolak, anak-anak bisa makin menutup diri. Justru dengan sikap terbuka, kita bisa menjadikan ini sebagai ajang mengenal anak lebih dalam,” ujar Hj Maulidah Muflichah MPsi Psikolog CHt atau akrab disapa Bunda Lia.
Setelah terbuka, sikap kritis juga penting. Ortu perlu menggali tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut. “Tanyakan, untuk apa sih ekskul ini? Apakah untuk peningkatan kemampuan strategi, kerja sama tim, atau memang hanya sekadar hiburan?” tutur psikolog di Biro Psikologi Talenta Mulia Sidoarjo itu.
Terkait kekhawatiran akan kecanduan main game, peran ortu untuk mengawasi dan mengontrol sangat penting. Terlebih, kontrol diri anak remaja masih berkembang dan perlu bimbingan konsisten dari orang tua.
“Jangan sampai anak pakai alasan ‘ini kan ekskul, Bu’ untuk bisa main terus-terusan sampai di rumah. Orang tua harus punya kesepakatan waktu yang tegas,” imbuh Bunda Lia.




















