FORMULA 1 Grand Prix Monaco 2025 kembali membuktikan reputasinya sebagai salah satu balapan tersulit untuk aksi menyalip. Perubahan aturan yang mewajibkan penggunaan tiga jenis ban dalam Grand Prix Monaco 2025 pun menuai respons beragam dari para pembalap Formula 1.
Meskipun memiliki tujuannya jelas yaitu menciptakan lebih banyak dinamika dan ketidakpastian di sirkuit jalanan sempit yang terkenal minim aksi salip-menyalip. Hal itu justru memunculkan pertanyaan, apakah balapan benar-benar jadi lebih seru atau hanya untuk terlihat lebih “diatur?”
Aturan dua pit stop diperkenalkan untuk menambah dinamika di tengah sempitnya sirkuit jalan raya Monte Carlo, yang terkenal menyulitkan pembalap untuk menyalip. Harapannya, pit stop tambahan dapat memicu strategi yang lebih agresif dan menciptakan peluang balapan yang lebih menarik.
Meski begitu kenyataannya, banyak pembalap memilih bermain aman. Beberapa bahkan sengaja memperlambat laju mereka guna menciptakan jarak yang cukup agar rekan setim di depan bisa masuk pit tanpa kehilangan posisi. Taktik ini membuat balapan terasa monoton dan membingungkan, bahkan dianggap berbahaya oleh beberapa pihak.
Pembalap Mercedes, George Russell, secara terbuka mengkritik strategi “go-slow” itu.
“Kami menciptakan situasi yang justru berisiko. Mengemudi terlalu lambat di sirkuit seperti ini sangat berbahaya,” ujar Russell kepada media usai balapan, dikutip dari AP News, Senin (26/5).
Sementara itu, Charles Leclerc, pemenang tahun lalu yang sempat memprediksi akan terjadi “kekacauan” akibat aturan baru, justru mengakui bahwa balapan kali ini berjalan jauh lebih tenang dari perkiraan. Leclerc yang finis di posisi dua mengatakan bahwa kecepatan bukan lagi faktor utama dalam meraih hasil maksimal di Monaco.
















