SURABAYA, METRO–Mata Chris John tak berpaling sedikit pun. Fokus tertuju ke satu per satu peserta tinju Ring Tarkam yang unjuk kemampuan.
Sesekali, seperti terlihat pada Ring Tarkam yang dihelat di Maspion Square Surabaya bulan lalu (11/5), mantan juara dunia kelas bulu WBA tersebut ikut tersenyum ketika melihat salah seorang peserta tampil menghibur dengan pukulan jab bertubi-tubi. Sepanjang hari itu, The Dragon –julukan Chris John– memantau 52 petinju yang berasal dari 22 kampus se-Jawa Timur. Kebanyakan yang bertanding dalam ajang tersebut belum memiliki jam terbang .
Hasilnya pun bisa ditebak. Belum ada petinju yang sepenuhnya mampu menarik perhatian Chris John. Tapi, itu bukan karena atlet yang tampil tidak berkualitas, hanya belum memiliki banyak kesempatan bertanding.
“Beberapa dari mereka punya mental bagus, sudah berani, tapi pada akhirnya teknik masih standar. Memang yang harus diperhatikan atlet ini masih perlu proses, enggak gampang. Atlet bagus perlu jam terbang bagus juga,” kata pria yang memegang gelar juara dunia hampir satu dekade (2004–2013) itu.
Tinju bayaran di tanah air bisa dibilang memang mati suri. Problemnya kompleks dan seperti lingkaran setan. Pertandingan minim, sulit mencari promotor dan sponsor, serta jumlah sasana terus menyusut.
Padahal, Indonesia pernah punya sederet juara dunia. Ellyas Pical, Nico Thomas, dan Chris John di antaranya.
Ring Tarkam yang untuk kali pertama digelar itu pun jadi salah satu ikhtiar The Dragon untuk menggairahkan kembali tinju pro Indonesia. Dan, demi menambah jumlah pertandingan, event tersebut rencananya masih akan berlanjut.
Bukan hanya di Surabaya, tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Misalnya, di Jawa Tengah atau Jogjakarta. “Tahun ini bisa di Jawa Timur lagi dan bisa ke Jawa Tengah karena partisipan dari sana sudah menunggu,” kata promotor Ring Tarkam Muhammad Gibran Cahyanging Pengeran.
Chris John masih akan bekerja sama dengan Projab Sports bikinan Gibran dan co-promoter Haykal Muhammad. Mereka sosok baru dalam dunia tinju dan sama-sama masih duduk di bangku kuliah. Gibran, 20, bahkan disebut-sebut sebagai promotor termuda dalam sejarah tinju Indonesia. Haykal juga seusia dengannya.
Lewat sentuhan anak muda itulah, event Ring Tarkam dikemas dengan lebih menarik. Bukan terbatas tinju antarkampus biasa, penyelenggara juga menyelipkan partai hiburan. Seperti akhir pekan lalu ada partai antar-influencer (pemengaruh) antara Bang Arik melawan Saleh Curik atau Bimbim Mafia Pentol menghadapi Ratu Bidadari.
Selain itu, pada partai puncak, promotor juga mendatangkan mantan juara dunia kelas ringan UBO Intercontinental Roy Tua Manihuruk. Petinju 38 tahun tersebut diadu dengan atlet asal Thailand, Wanphichit Siriphana. “Selanjutnya, konsep kami tetap sama, tanding antarkampus. Tapi, seperti tadi, akan ada event internasional juga,” kata Gibran. “Itu untuk mengedukasi teman-teman. Kalau ingin ke jenjang profesional, contohnya ada seperti itu,” tambah putra Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko itu.
Chris John menyambut gembira adanya anak muda seperti Gibran yang peduli pada dunia tinju. Petinju kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, 44 tahun silam itu membuka diri untuk bekerja sama dengan siapa pun untuk memajukan tinju di Indonesia.
“Konsen saya masih di dunia tinju, saya juga sudah jadi promotor, punya tim yang solid untuk mengadakan pertandingan tinju,” katanya.
Petinju asal Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Sandika Pramana Putra juga menyambut positif event tersebut. Apalagi, peraih sabuk juara Ring Tarkam edisi pertama itu menilai pamor tinju di Jawa Timur dan Indonesia terus menurun. “Jadi, pertandingan Projab Sport ini semoga bisa naikkan lagi biar bangkit lagi petinju seperti Chris John,” ujar sosok yang mulai menekuni tinju sejak usia SMP di Sasana Arhanud, Sidoarjo, itu.
Selain dengan Gibran, Chris John juga sering bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menggiatkan dunia tinju di Indonesia. Salah satunya terjadi pada 2019, yakni ketika dia ikut membantu petinju asal Nusa Tenggara Timur Tibo Monabesa. Dengan nama besar yang dimiliki, Chris John mampu meyakinkan sponsor untuk menggelar kejuaraan dunia tinju IBO di Kupang.
Tibo saat itu berhasil mengalahkan sang lawan, Omari Kimweri, asal Australia dengan kemenangan angka mutlak di Flobamora Sports Hall, Kupang. “Saat itu kerja sama tim ya, bukan hanya saya. Kami akhirnya bisa mengadakan event setara internasional, kejuaraan dunia,” tuturnya.
The Dragon mengakui, membangkitkan tinju bukan perkara mudah. Dia tidak bisa sendiri. Butuh bantuan dari sponsor.
Usaha menggelar pertandingan Ring Tarkam pun, tambahnya, belum tentu bisa langsung mengorbitkan petinju-petinju profesional baru. Tapi, dari ajang tersebut Chris John setidaknya berharap animo tinju di Indonesia bisa membaik.
“Yang awalnya sudah hilang, mulai banyak penggemarnya lagi, dan mudah-mudahan sponsor mau support mendukung karena sponsor juga lihat seberapa banyak pencintanya, penontonnya,” kata Chris John. (jpg)