PULUHAN tahun lalu, bendi atau dikenal dengan delman pernah menjadi transportasi favorit di Kota Padang. Namun, seiring perkembangan alat transportasi, keberadaan bendi di Kota Padang terdegradasi. Moda transportasi tradisional itu tersingkir secara perlahan. Meski sudah tersingkir, namun, masih ada kusir atau kusia bendi yang bertahan mencari hidup dengan alat transportasi tersebut.
PASAR RAYA – Alih-alih menjadi transportasi umum, bendi sekarang menjadi transportasi budaya dan wisata. Kini, bendi lebih banyak digunakan oleh warga atau wisatawan untuk berkeliling Kota Padang.
Bendi lebih sering disewa oleh penumpang yang ingin melihat keindahan Pantai Padang dengan alat transportasi tradisional itu. Sekarang, bendi masih dijumpai di kawasan objek wisata, yakni Taman Melati, Museum Adityawarman, atau satu dua ditemukan di Pasar Raya.
Don (34), salah seorang kusia bendi yang dijumpai POSMETRO, Selasa (22/10) bercerita, jika masih ada pengguna setia bendi. Terutama di hari libur atau akhir pekan. Biasanya, yang menyewa bendi adalah orang dari luar Kota Padang yang tengah berlibur akhir pekan.
“Mereka datang bersama anak-anak dan menyewa bendi. Biasanya dari Taman Melati dan nanti dibawa ke Pantai Padang,” ungkap Don.
Ya, saat ini, peminat bendi didominasi anak-anak. Mereka naik bendi ditemani ibu atau ayah mereka sekadar merasakan sensasi bagaimana berada di atas kuda.
“Jika dihari hari biasa, saya hanya untung-untungan saja dapat penumpang. Kadang bisa dalam satu hari tidak dapat penumpang. Ya, kalau tak ada penumpang, tak ada uang yang dibawa pulang,” lanjut Don ketika dijumpai di kawasan bundaran Aiamancua, Pasar Raya Padang ini.
Pendapatan kusia bendi, menurut Don sangat bergantung pada ada atau tidaknya penumpang yang memakai jasa transportasi budaya ini. Dengan mematok harga Rp25 hingga Rp50 Ribu, Don yang biasanya “ngetem” di Pasar Raya akan membawa penumpang berkeliling ke kawasan tepi laut.
“Paling jauh selama saya menjadi kusir bendi, membawa penumpang hingga ujung Bendungan Danau Cimpago. Harganya mencapai Rp50 ribu,” sebut Don.
Dibandingkan dengan 2 tahun lalu, Don mengaku pendapatannya kini makin berkurang. Ia mengaku, sekarang orang-orang lebih memilih menggunakan transportasi online atah menyewa transportasi seperti mobil atau motor.
Don yang sudah menjadi kusir bendi selama 15 tahun ini, mulai mencari penumpang dari jam 09.00 WIB hingga 18.00 WIB sore. Namun, jika penumpang ramai atau di hari libur, Don bisa bisa pulang jam 22.00 WIB malam.
“Alhamdulillah, kalau di har libur penumpang cukup banyak. Adalah uang yang dibawa pulang,” lanjutnya.
Don juga mengungkapkan bahwa ia ingin mencari pekerjaan lain saat hari-hari sibuk karena sepi penumpang namun karena ia tidak sanggup ia tetap bertahan menjadi kusir bendi. “Sebenarnya ingin kerja lain. Namun, secara fisik saya tak sanggup. Lagian, tak ada pekerjaan lain sepertinya untuk saya,” imbuh Don. (RICO PERMANA )















