Kepedulian Wali Kota Solok, Zul Elfian terhadap pelestarian lingkungan hidup mendapat apresiasi dari Tempo. Pemerintah Kota Solok memang bertekad ingin melindungi lingkungan. Terutama dari sampah. Kota Solok menghasilkan 54 ton sampah per hari atau sekitar 19.810 ton sampah per tahun, dengan komposisi sampah organik lebih banyak daripada sampah anorganik sebesar 55,72 persen. Untuk itu Zul Elfian sudah melakukan pengurangan sampah 10 persen. Harapannya masyarakat bersama melindungi lingkungan sehingga Kota Solok jadi kota bersih dan hijau.
Zul Elfian menuturkan, isu lingkungan kerap mencuat diantaranya jumlah sampah yang kerap meningkat dan pencemaran lingkungan yang di luar kendali. Sementara itu, diperlukan kesadaran dan kepedulian lingkungan, Pemko Solok pun membuat Kebijakan Lokal Ekoliterasi yang diterapkan dalam Rencana Jangka Menengah 2021 – 2026.
“Penerapan itu kemudian diimplementasikan dengan beragam kebijakan. Tercatat Kota Solok memiliki ragam kebijakan di antaranya: Peraturan Wali Kota Solok Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Plastik, Peraturan Wali Kota Solok Nomor 25 tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Periode 2018 – 2025,” ungkap Wako Solok Zul Elfian .
Sementara itu, sebut Zul Elfian, selain mengeluarkan berbagai kebijakan, ragam upaya juga dilakukan agar Kota Solok bersih dan hijau. Di antaranya penerapan composting skala rumah tangga untuk sampah organik melalui bantuan pengadaan komposter mini.
Wali Kota Solok pun berharap segala upaya yang telah dilakukan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. “Pengelolaan sampah di Kota Solok harus dimulai dengan penyadaran masyarakat dari usia dini, sehingga akan terwujud kesadaran dan kepedulian lingkungan seluruh warga yang bekerja sama melindungi lingkungan dan kelestarian bumi,” ujar Zul Elfian.
Direktur Utama Tempo Media Group, Arif Zulkifli, mengatakan, Tempo tidak sekadar menghadirkan informasi yang akurat kepada para pembacanya, tapi juga memperhatikan apa saja isu utama yang terjadi di daerah, hingga tantangan dan inovasi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pemerintah daerah yang berada di garis terdepan, langsung bersentuhan dengan masalah nyata yang ada di masyarakat, menjawab keluh kesah mereka, dan mencarikan solusi atas masalah yang muncul di masyarakat, itu yang menjadi daya tarik. Penilaian ini dilakukan Tempo dengan memonitor lebih dari 4 juta data dari sekitar 22 ribu media, sejak awal 2024 hingga Agustus 2024. Tempo kemudian mengekstraksi data riset tersebut berdasarkan nama daerah dan nama kepala daerah untuk mengetahui jumlah pemberitaan serta pemetaan isunya. (vko)