Pemko Dorong Warga Buka Peluang Usaha, Budi Daya Belatung Miliki Peluang Besar

MEDIA PENGEMBANGAN—Alat pencacah sampah yang nantinya dapat menjadikan sampah sebagai media pengembangan maggot.

SOLOK, METRO–Pemerintah Kota Solok terus mendorong masya­rakat membuka berbagai peluang usaha. Salah satunya budi daya maggot atau belatung dapat menjadi sumber ekonomi yang cukup besar peluangnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Edrizal mengataka, bahwa maggot selain dapat dijadikan pakan ternak juga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Budidaya maggot sebagai alternatif pupuk organik yang ramah lingkungan telah diakui sebagai sumber protein dan nutrisi yang berharga dalam bi­dang pertanian dan peternakan.

“Maggot dapat dijadikan pakan ternak yang kaya nutrisi dan juga digunakan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesuburan tanah,” jelasnya.

Sementara Ukma Elsa Dias selaku penggiat budidaya maggot Hakunamatata menilai bahwa budi daya maggot bisa menjadi peluang bisnis bagi ma­syarakat. Kota-kota besar di Indonesia sudah menjadi daerah yang mengekspor maggot. “Namun sangat disayangkan, sedangkan kita masih belum terlalu aktif dalam pembudidayaan maggot, padahal budi daya maggot ini secara umum bisa juga jadi peluang bisnis bagi ma­syarakat sekaligus membantu penyelesaian persoalan sampah organik,” jelas Ukma.

Dalam membudidayakan magot, Ukma menjelaskan bahwa maggot dewasa berfungsi untuk kawin dan bertelur. Karena setelah kawin si jantan langsung mati, dan betina mati setelah 3 hari bertelur.

Lebih jauh dijelaskan Ukma, bahwa bangkainya setelah diteliti juga bermanfaat, dalam artiannya ketika maggot umur 15 hari sampai 18 hari sudah menjadi sumber protein.  “Tapi ketika sudah lewat 20 hari, itu akan menjadi pre-pupa yang akhirnya nanti akan menjadi lalat,” terangnya.

Sebagai media pe­ngem­bangan maggot, lanjutnya setiap tahunnya sampah bertambah sesuai pertumbuhan penduduk. Di Kota Solok, di tahun 2022 setara dengan 0,79 kg sampah perjiwa.  Mulai dari lahir hingga lansia, lebih kurang 21.920,56 ton pertahun.

Sementara yang terkelola baru lebih kurang 3.300 ton saja, sisanya dibuang disungai dan diba­kar, sehingga harus menginovasi paradigma lama ini menjadi kumpul, pilah, olah yang bisa dijual, baru buang sisanya. Jadi budidaya maggot butuh peran serta dari masyarakat.

Ukma berpendapat bahwa  industri ini dapat membantu mengurangi jumlah limbah sampah pasar dan rumahan. Terlebih usaha ini juga mudah dilakukan di rumah secara mandiri. “Peralatan budidaya maggot dapat dilakukan dengan peralatan sederhana, hanya mengguna­kan baskom, drum dan so­dokan,” jelasnya.  (vko)

Exit mobile version