Dalam membudidayakan magot, Ukma menjelaskan bahwa maggot dewasa berfungsi untuk kawin dan bertelur. Karena setelah kawin si jantan langsung mati, dan betina mati setelah 3 hari bertelur.
Lebih jauh dijelaskan Ukma, bahwa bangkainya setelah diteliti juga bermanfaat, dalam artiannya ketika maggot umur 15 hari sampai 18 hari sudah menjadi sumber protein. “Tapi ketika sudah lewat 20 hari, itu akan menjadi pre-pupa yang akhirnya nanti akan menjadi lalat,” terangnya.
Sebagai media pengembangan maggot, lanjutnya setiap tahunnya sampah bertambah sesuai pertumbuhan penduduk. Di Kota Solok, di tahun 2022 setara dengan 0,79 kg sampah perjiwa. Mulai dari lahir hingga lansia, lebih kurang 21.920,56 ton pertahun.
Sementara yang terkelola baru lebih kurang 3.300 ton saja, sisanya dibuang disungai dan dibakar, sehingga harus menginovasi paradigma lama ini menjadi kumpul, pilah, olah yang bisa dijual, baru buang sisanya. Jadi budidaya maggot butuh peran serta dari masyarakat.
Ukma berpendapat bahwa industri ini dapat membantu mengurangi jumlah limbah sampah pasar dan rumahan. Terlebih usaha ini juga mudah dilakukan di rumah secara mandiri. “Peralatan budidaya maggot dapat dilakukan dengan peralatan sederhana, hanya menggunakan baskom, drum dan sodokan,” jelasnya. (vko)