Masih Menjadi Persoalan Utama, DLH Dorong Terbentuknya Bank Sampah

PENGELOLAAN SAMPAH—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok kunjungi pembinaan Bank Sampah di Bank Sampah Hanasty, yang dijadikan sebagai bank sampah induk Kelurahan Tanah Garam, Lapak Gurun Bagan, Lapak Rifa, Dasawisma Anggrek Tanjung Paku dan MTsN Kota Solok.

SOLOK, METRO–Persoalan sampah ma­sih menjadi persoalan yang harus mendapat perhatian semua pihak. Kesadaran masyarakat sangat diha­rapkan agar Kota Solok bersih dari sampah. Program bank sampah sepertinya menjadi salah satu cara menanggulangi persoalan sampah di Kota Solok. Untuk itu perlu mendo­rong terbentuknya bank sampah di setiap kelurahan dan sekolah.

Dalam rangka me­ning­kat­kan pengetahuan dan kesadaran masyarakat ter­­hadap penanganan sam­­pah yang ramah ling­ku­ngan. serta untuk men­do­rong terbentuknya bank sampah di setiap kelurahan dan sekolah, Dinas Ling­kungan Hidup (DLH) Kota Solok mengadakan kunju­ngan untuk melakukan pem­binaan Bank Sampah.

Pembinaan Bank Sampah diselenggarakan salah satunya di Bank Sampah Hanasty yang dijadikan sebagai bank sampah induk Kelurahan Tanah Garam, Lapak Gurun Bagan, Lapak Rifa, Dasawisma Anggrek Tanjung Paku dan MTsN Kota Solok.

Pengawas Lingkungan Hidup Ahli Muda, Forget Siswanto mengatakan pem­binaan ini dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Dinas Lingkungan Hidup Kota Solok.

Diakuinya, banyak Bank Sampah di Kota Solok, baik milik pribadi maupun binaan di sekolah yang sudah tidak berfungsi lagi.  Salah satu faktor pemicunya adalah harga jual turun namun biaya kirim tinggi, sehingga banyak dari mereka yang menimbun stok sampahnya di gudang.

Berdasarkan hasil kunjungan ke Bank Sampah, omset Bank Sampah akhir-akhir ini berkurang. Namun stok di gudang melimpah. Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk ongkos kirim juga relatif tinggi.

Menananggapi hal itu, pihak DLH mengatakan akan terus memikirkan cara untuk pembinaan terhadap Bank Sampah baik mandiri maupun di sekolah agar dilakukan secara te­rus menerus.

“Kami kini berupaya mencari solusi terhadap pemasaran kompos serta pembinaan terhadap Bank Sampah, seperti di sekolah kami menemukan perma­salahan walaupun telah dilakukannya pembinaan, namun pihak sekolah sulit melakukan pembinaan kem­bali terhadap siswa yang baru setiap tahunnya, dan masyarakat pun masih banyak yang belum yakin dengan kompos,” tambahnya.

Dia juga menambahkan, salah satu sekolah yang dulu pernah aktif terhadap pengomposan a­dalah MTsN, namun sempat vakum karena dampak Co­vid-19, dan untuk memulai kembali butuh waktu untuk melakukan pembinaan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hi­dup dan Kehutanan (KLHK) disebutkan bahwa sumber utama sampah nasional yaitu 36% dari kegiatan rumah tangga. Oleh karena itu, pendekatan pengelolaan sampah harus dilakukan pada sumbernya dan berbasis partisipasi ma­sya­rakat.

Caranya dengan me­nerapkan prinsip 3R yakni reduce, reuse, dan recycle melalui pembangunan Bank Sampah di permukiman masyarakat. Pengelolaan sampah dengan sis­tem Bank Sampah diharapkan mampu membantu pemerintah kota dalam mengatasi permasalahan sampah, sekaligus juga memberikan dampak so­sial, ekonomi dan lingku­ngan. (vko)

Exit mobile version