Bentuk Dukungan Percepatan Penurunan Stunting, Koto Panjang Gelar Rembuk Program

REMBUK STUNTING— Kegiatan rembuk stunting dibuka Lurah Koto Panjang, Jimmi Muhara.

 

SOLOK, METRO–Sebagai bentuk dukungan terhadap percepatan penurunan stunting di Kota Solok, Kelurahan Koto Panjang Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok melaksanakan Rembuk Program Percepatan Penurunan Stunting di Kelurahan Koto Panjang. Rembuk Stunting ini dibuka langsung oleh Lurah Koto Panjang, Jimmi Muhara.

Lurah Koto Panjang, Jimmi Muhara mengatakan dalam kegiatan itu diikuti Penyuluh Keluarga Berencana, Tim Pendamping Keluarga (TPK), Ketua LPMK, Ketua RT, Bidan Pustu, Bundo Kanduang, Kader Posyandu, TP-PKK, dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Koto Panjang.

Dalam kegiatan itu juga disampaikan pemaparan materi tindak lanjut Kegiatan Percepatan Penurunan Stunting yang telah dilaksanakan di Kota Solok oleh petugas dari DPPKB, Bappeda, Dinas Kesehatan Kota Solok. Selain itu terkait solusi terbaik apa yang ditemukan Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kelurahan Koto Panjang juga disampaikan. “Apakah yang didampingi itu benar-benar keluarga yang berisiko stunting sehingga nantinya akan ada solusi yang dapat disepakati,” ujarnya.

Sementara petugas dari DPPKB Wendi Afrizal, mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan, Prevalensi Balita Stunting di Provinsi Sumatera Barat sebesar 25,2% pada tahun 2022, meningkat dari tahun sebelumnya yang masih 23,3% sedangkan Prevalensi Stunting di Kota Solok sebesar 18,1% pada tahun 2022, menurun dari tahun sebelumnya yaitu 18,5%.

Untuk memujudkan pro­gram pemerintah da­lam penurunan angka stunting, tentunya pihak-pihak terkait khususnya TPK benar-benar memantau dan terus memberikan pendampingan serta edukasi kepada keluarga yang mendapatkan bantuan seperti telur dan sebagainya yang dapat meningkatkan gizi anak yang berisiko stunting, sehingga pertumbuhannya cepat sesuai dengan usianya.

Petugas dari Dinas Sosial Kota Solok, Septi Nora mengatakan bahwa untuk memastikan seorang anak berisiko stunting akan dilakukan lewat penimbangan bulanan. Sedangkan di Kelurahan Koto Panjang masih ada keluarga yang tidak mau datang ke Posyandu, jadi kepada TP-PKK, RT/RW serta pihak-pihak yang terkait diharapkan dapat mengajak dan menyadarkan kembali ma­syarakat untuk mau datang ke Posyandu baik itu sasarannya Balita, ibu hamil, ibu nifas termasuk remaja putri karena dia calon ibu, dan calon pengantin pun termasuk sasaran di Posyandu.

Berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan oleh Kementrian Kesehatan pada rapat kerja Nasional BKKBN, , dimana Prevalensi Stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022.

Jimmi Muhara, me­nyampaikan komitmen Ke­lurahan Koto Panjang, mengajak OPD terkait dan masyarakat Koto Panjang melaksanakan intervensi guna menekan angka stun­ting dan untuk tahun 2024 diu­payakan agar Koto Pan­jang bebas stunting. (mgi/vko)

Exit mobile version