Hari ini PSBB, Tukang Ojek Risau

SAWAHLUNTO,METRO
Rencana Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumatera Barat, disambut dengan kekhawatiran oleh tukang ojek di Kota Sawahlunto. Pasalnya, dalam aturan PSBB, ojek tidak boleh mengangkut orang (penumpang) yang artinya pendapatan mereka terancam mati.

Dimas (35), slaah seorang tukang ojek yang biasa mangkal di depan Kantor Balaikota mengatakan, ia yang mencari nafkah dengan mengojek, seperti ‘sudah jatuh tertimpa tangga’. “Kami takut Covid, tapi kalau diam saja di rumah, keluarga tidak makan,” ujar Dimas.

Ia mengaku, sudah mendengar ada berbagai bantuan dari pemerintah, bahkan sudah ikut terdata, namun sampai saat ini, ia belum menerima sedikitpun.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan Sembako atau apapun bentuk bantuan sebelum PSBB diberlakukan. Sehingga kebijakan tersebut tidak justru menjadi pembunuh harapan hidup keluarganya.

Dimas mengaku, sejak wabah corona merebak, pendapatannya sebagai tukang ojek drastis berkurang. “Dulu sebelum corona, bisa dapat Rp100 ribu sehari, sekarang Rp40 ribu paling banyak,” ujar pria beranak 2 ini yang khawatir pendapatannya akan mati jika PSBB diberlakukan.

Tono (45), tukang ojek warga Aur Mulyo, juga khawatir dengan kebijakan ini. “Tahu sajalah di Sawahlunto ini, ojek hidup dari ngangkut orang. Kalau dilarang angkut orang, gimana mau ngasi nafkah anak istri,” ujarnya.

“Sekarang, sebelum PSBB diterapkan, pendapatan sudah jauh menurun, Rp30 ribu paling banyak sehari, bahkan pernah cuma dapat Rp5 ribu sehari,” ujar Tono, dengan nada cemas. (cr2)

Exit mobile version