Selain Pembangunan Fisik, Pemberdayaan Ekonomi Cukup Penting

WORKSHOP—Wabup Sijunjung Iradatillah membuka workshop Membangun Model Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Lanskap.

SIJUNJUNG, METRO-Pembangunan tidak hanya sekadar dalam ben­tuk fisik saja, akan tetapi juga lebih dari itu de­ngan pemberdayaan eko­nomi yang berbudaya ju­ga sangat penting. Oleh karena itu, sinergi ini ha­rus ditindaklanjuti untuk menghasilkan program yang menghasilkan pe­ningkatan kesejahteraan dan dapat mempertahankan nilai budaya ma­sya­rakat.

Wakil Bupati Sijunjung Iraddatillah membuka Work­shop Membangun Model Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Lanskap bertempat di UD­KP Kecamatan Sumpur Kudus, Selasa (25/1).

Menurut Wabup, perhutanan sosial sebagai salah satu program stra­tegis nasional yang dilaksanakan di Kabupaten Sijunjung dan akan terus dikembangkan sebagai program strategis atau prioritas daerah Sijunjung.

“Pemerintah daerah memang belum bisa mem­­berikan program terhadap kawasan hutan yang kita punya karena ada aturan regulasi yang menghalanginya. Semoga dengan adanya kegiatan pengelolaan Sumber Da­ya Alam kita yang lebih mengutamakan melestarikan hutan serta menjaga ekologinya hal itu akan tetap bisa mendatangkan kesejahteraan masyarakat,” ucap Irad­datillah.

Wabup mengatakan, sektor alam potensi di Tanjung Bonau Aur sudah ada seperti minyak kayu putih yang merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. Diharapkan ini benar-benar menjadi sa­lah sumber prndapatan ekonomi masyarakat ke­de­pannya.

Wabup Irraddatillah berharap, supaya peserta kegiatan ini dapat me­ngikutinya dengan serius karena akan menjadikan dasar dalam pengemba­ngan objek wisata maupun sumber ekonomi lainnya.

Manajer program Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Rainal Daus mengatakan, KKI Warsi merupakan organisasi masyarakat sipil yang didirikan dengan visi mewujudkan konservasi sumber daya alam bersama masyarakat secara mandiri.

Sejak tahun 2015 KKI Warsi intensif mendampingi beberapa nagari di Kabupaten Sijunjung. Inisiatif yang ada dikem­bangkan melalui program perhutanan sosial, pe­ngembangan pertanian organik, membangun sis­tem database nagari, pe­ngembangan usaha berbasis kehutanan dan pengelolaan imbal jasa ling­kungan.

Rainal mengatakan, tahun 2019, di Kecamatan Sumpur Kudus dibangun kesepakatan pengelolaan hutan berbasis lanskap yang melibatkan 6 nagari yaitu Sumpur Kudus, Unggan, Silantai, Manganti, Tanjuang Labuah dan Tanjung Bonai Aur. Ruang lingkup kesepakatan ini adalah identfikasi potensi sumber daya alam, pe­ngembangan usaha hutan, pengamanan hutan dan penguatan kelembagaan pengelola perhutanan social.

“Tujuan dari workshop ini untuk membangun ke­sepahaman kerjasama antar nagari dalam pe­ngelolaan potensi sumber daya alam di kecamatan Sumpur Kudus,” terang Rainal. Workshop melibatkan sebanyak 70 peserta yang terdiri dari Wali Nagari, BumNag, Gabungan Kelompok Tani dan lembaga pengelola hutan nagari. (ndo)

Exit mobile version