Pasien Isoman Minim Penanganan, Keluhkan Kebutuhan Hidup, Posko PPKM Nagari Belum Efektif di Kabupaten Sijunjung

POSKO COVID—Posko relawan penangangan dan pencegahan Covid 19 Nagari Paru Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

SIJUNJUNG, METRO–Penambahan angka Covid-19 di Kabupaten Sijunjung terus bertambah, sehingga membuat tim Satgas penanganan Co­vid-19 kelabakan. Di sam­ping itu penanganan isolasi mandiri (Isoman) se­ring dikeluhkan masya­rakat meskipun Sijunjung telah memiliki Posko PP­KM dan rumah isolasi hampir di setiap nagari dengan memanfaatkan anggaran dana desa sebesar 8 persen  untuk pe­nanganan Covid-19 di ting­kat nagari.

Hingga kini Kabupaten Sijunjung telah memiliki sebanyak 45 posko PPKM dan 45 rumah Isoman yang tersebar di sejumlah nagari. Namun, pelaksa­naan serta realisasi hal tersebut masih jauh dari harapan.

Seperti halnya yang dikeluhkan “HS” (29) salah seroang pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di Sijunjung. Pihaknya mengaku sempat tidak mendapat penanganan setelah dinyatakan positif. “Saya dikabari lewat telpon oleh petugas puskesmas yang mengatakan hasil swabnya positif. Namun setelah itu tidak ada instruksi yang diberikan kepada saya harus bagaimananya. Dengan kesadaran sendiri saya pun mengisolasi diri di rumah,” tutur “HS”.

Dirinya mengaku, sem­­pat kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hi­dup selama menjalani Isoman. “Saya tinggal sendiri, di sisi lain tidak boleh ke mana-mana karena Isoman. Lalu bagaimana de­ngan kebutuhan hidup saya sehari-hari? Untung saja ada teman-teman yang peduli, sehingga saya bisa bertahan menjalani Isoman hingga selesai,” jelas “HS”.

Pasien lainnya “SR” (51) juga mengalami hal yang sama. Setelah diri­nya dinyatakan positif, kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Untuk makanan ada keluarga yang mengantarkan, tapi kalau suplemen dan obat-obatan ti­dak ada. Saya sempat menanyakan kepada pihak pemerintah nagari tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkap “SR”.

“Berarti sesuai namanya, kalau isolasi mandiri memang harus mandiri juga. Sangat disayangkan, jadi kemana anggaran penanganan Covid-19 ini, Bansos dan lainnya. Karena di saat seperti inilah hal itu sangat dibutuhkan. Hendaknya lebih diutamakan kepada pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan,” sebut “SR”.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sijunjung, drg Ez­wandra mengatakan, bahwa sejak Maret 2021 kemarin penanganan pasien Isoman memang dikem­balikan kepada pihak keluarga, karena anggaran yang tidak lagi tersedia. “Kalau untuk pasien tanpa gejala dan menjalani Isoman memang dikem­balikan kepada pihak keluarga untuk kebutuhan hidupnya. Namun tetap dalam pengawasan petugas kesehatan yang berada dibawah Puskesmas masing-masing,” sebut Ezwandra, saat dihubungi.

“Kalau dulu memang ada anggarannya untuk itu, namun sejak bulan Maret kemarin sudah ti­dak ada lagi, karena keterbatasan anggaran,” u­jar Ezwandra.

Sementara itu, Kasu­bag Humas Polres Sijunjung AKP Nasrul Nurdin yang juga tim Satgas pe­nanganan Covid-19 mengatakan, dibentuknya Posko PPKM dan rumah isolasi di nagari agar penanganan Covid-19 lebih difokuskan di nagari. “Itu fungsinya posko PPKM dan rumah isolasi di nagari. Bahkan kita sudah memiliki 45 posko PPKM. Tapi memang masih minim pelaksanaannya, ma­sih banyak yang belum paham. Bahkan dari jumlah nagari tersebut hanya tiga nagari yang sudah melakukan dengan baik,” sebut Nasrul.

Minimnya pemahaman dalam pelaksanaan penggunaan 8 persen  da­na desa untuk penanganan Covid-19 di nagari men­jadikan keberadaan posko PPKM di nagari belum efektif dalam hal pe­nanggulangan Covid-19 di Sijunjung.

“Dibentuknya posko PPKM dan rumah isolasi di nagari bertujuan agar masyarakat di nagari ter­sebut yang dinyatakan positif tidak terabaikan, selalu dalam pengawasan dan penanganan tim relawan serta petugas kesehatan. Karena penanga­nan Covid-19 saat ini lebih dipusatkan ke nagari, makanya ada penggunaan dana desa 8 persen  untuk itu,” ungkap Nasrul. (ndo)

Exit mobile version