Upacara Peringatan Peristiwa Situjuah ke-76, Khatib Sulaiman Bersama 68 Orang Pejuang Gugur di Lurah Kincia

TABUR BUNGA—Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin saat menabur bunga di malam pejuang peristiwa Situjuah

LIMAPULUH KOTA, METRO–Memperingati Peristiwa Situjuah ke 76 yang merupakan salah satu rangkaian perjuangan berdarah bangsa Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam kurun waktu 22 De­sember 1948 hingga 13 Juli 1949, berlangsung khidmat.

Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt.Bandaro Rajo tampak hadir dalam upacara yang dipimpin Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi di Lapangan Chatib Sulaiman, Situjuah Batua, Kabupaten Limapuluh Kota, Rabu (15/1).

Upacara ini diikuti oleh ratusan satuan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Korps Pegawai Republik Indonesia, Satuan Polisi Pamong Praja, Basarnas, Pemadam Kebakaran, mahasiswa pelajar serta keluarga pejuang korban Peristiwa Situjuh. Turut hadir dalam acara ini Kepala Pusat Barang Milik Negara Kemenhan RI Marsma TNI Tisna Kurniawan didampingi Kolonel Yudha Adillah, unsur Forkopimda Provinsi dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Dari kutipan sejarah Pe­ris­tiwa Situjuah yang dibacakan pada upacara, tercatat  sebanyak 69 pejuang gugur dalam mempertahankan NKRI. Tragedi bermula pada tanggal 14 Januari 1949. Ketika, pimpinan PDRI, laskar pejuang dipimpin Ketua Laskar Pertahanan Rakyat Sumatera Tengah Chatib Sulaiman mengadakan rapat membahas stra­tegi perjuangan di sebuah lembah, yang dikenal dengan Lurah Kincia.

Seusai rapat, peserta beristirahat di sebuah surau di Lurah Kincia, di kala subuh pasukan Belanda menghujani lembah itu dengan berondongan peluru. Lokasi yang tak menguntungkan, senjata yang tak memadai, para pejuang pun tak mampu memberikan perlawanan sengit. Chatib Sulaiman, Bupati Limapuluh Kota Arisun St Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kap­ten Tantawi, Letnan Ani­zar, Sjamsul Bahri, Rusli dan Baharuddin, gugur bersama 60 pejuang lainnya.

Chatib Sulaiman bersama delapan penjuang lainnya dimakamkan di Lurah Kincia, 8 orang di Banda Dalam, 13 orang di Situjuah Gadang, kemudian 39 orang dimakamkan di sekitar kawasan pemukiman pendu­duk di Nagari Situjuah Batua. Sedangkan di Situjuah Banda Dalam ada sebanyak 8 orang dan di Situjuah Gadang ada sebanyak 13 orang (pejuang yang gugur di Pajak Tendek, Limbukan).

Sisanya, sebanyak 9 orang dimakamkan di Taman Pahlawan Lurah Kincia Situjuah Batua. Kemudian, 39 orang dimakamkan di  di sekitar kawasan permukiman penduduk di Nagari Situjuah Batua.

Gubernur Mahyeldi da­lam amanatnya mengatakan, perjuangan para pahlawan di peristiwa Situjuah menjadi Inspirasi bagi generasi kita dalam memperjuangkan bangsa di masa sekarang. “Kepada generasi muda kami tekankan agar selalu menomor satukan persatuan dengan men­da­hulukan kepentingan bangsa dari kepentingan individu maupun kelompok,” ucapnya.

Dengan semangat persatuan dan kesatuan kata Gubernur, kita dapat membangun bangsa sekaligus me­wujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, Gubernur Mahyeldi mengajak seluruh insan untuk menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam niat, langkah, ucapan serta tindakan. “Mari kita semua menjadi orang yang berkontribusi dalam persatuan dan kesatuan bangsa dan menghindari perpecahan,” ungkap Gubernur Mahyeldi.

Mengamini Gubernur Mahyeldi, Bupati Safaruddin kepada wartawan setelah upacara mengatakan, Peristiwa Situjuah merupakan pengingat masyarakat jika perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan berkat kekompakan para pejuang.

Untuk itu, Bupati berharap kekompakan para pahlawan dapat diimplementasikan oleh ma­sya­rakat terutama generasi muda dalam memajukan Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia. “Generasi mu­da harus memaknai perjuangan para pahlawan yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raganya di Situjuah demi negeri ini”, ujar Bupati Safaruddin. (uus)

Exit mobile version