Hama Menyerang, Pupuk makin Mahal, Petani Jeruk Beralih Tanam Kopi

BERALIH LAHAN—Salah satu lahan pertanian jeruk yang beralih dengan tanaman kopi. Saat ini banyak petani jeruk yang beralih menanam kopi karena hama yang menyerang dan harga pupuk makin mahal.

LIMAPULUH KOTA, METRO–Sebahagian dari petani jeruk di Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Li­ma Puluh Kota, tak bisa mengendalikan serangan penyakit jenis “Lalat Buah” yang menyerang buah je­ruk, disamping mahalnya harga pupuk dan pestisida, akhirnya memilih beralih menanam Kopi.

Para petani jeruk bisa dipastikan akan merugi akibat serangan Lalat Buah yang membuat buah jeruk busuk sebelum masak dan jatuh. Tidak sedikit, jumlah buah yang busuk dalam satu batang pohon, bisa mencapai 40 persen. Hal ini membuat petani jeruk, me­nga­lami kerugian yang ti­dak sedikit. Ditambah harga pupuk dan pestisida mahal.

Meski tidak keseluruhan para petani jeruk di Kecamatan Gunung Omeh yang beralih menanam Kopi, namun yang tak kuat dengan modal untuk “memerangi” penyakit Lalat Buah dan mahalnya harga pupuk dan pestisida, maka akan memilih meninggalkan jeruk dan beralih ke-Kopi.

Salah seorang petani jeruk Jasigo (Jeruk Siam Gunuang Omeh), Rezki Pra­tama, mengakui masih te­tap menanam jeruk. Dia juga tidak menampik, terkait penyakit Lalat Buah dan mahalnya harga pupuk dan pestisida yang dirasakan para petani jeruk. Dia berharap, agar pemerintah bisa memberikan jaminan kepada petani harga pupuk dan pestisida yang murah.

“Alhamdulillah, kami ma­sih bertahan untuk me­na­nam jeruk dan memelihara yang sudah berbuah. Kalau untuk penyakit jeruk saat ini memang banyak diantaranya Lalat Buah. Pengendalian Lalat Buah ini memang sulit, butuh biaya besar untuk pengendaliannya. Kemudian harga pupuk yang mahal, membuat sebahagian petani memang mengganti tanaman jeruk dan beralih menanam kopi,” sebutnya.

Hal itu juga dibenarkan Camat Gunuang Omeh, Apri Yulianto, menyebut penyakit Lalat Buah dan mahalnya harga pupuk serta pestisida, membuat sebahagian petani jeruk beralih menanam Kopi berbagai jenis diantaranya jenis Robusta.

“Informasi dari petani ada hama yang sulit untuk diberantas, “lalat buah”. Hama ini sangat sulit diberantas, akibatnya buah limau rontok sebelum masak.

Informasi dari ma­sya­rakat buah limau bisa rontok sampai 40 persen. Selain itu, harga pupuk dan pestisida dianggap masyarakat mahal, tidak seimbang antara hasil jual dengan biaya produksi,” sebut Camat.

Beralihnya petani jeruk untuk menanam jenis Kopi Robusta, disampikan Camat, disamping biaya pemeliharaan yang jauh lebih ringan, harga Kopi saat ini baik di pasar lokal maupun nasional dan internasional cukup menjanjikan. Disamping memang kondisi cuaca dan suhu serta tanah di Gunuang Omeh, cocok untuk tanaman Kopi.

“Alhamdulillah kondisi tanah dan suhu untuk tanaman Kopi di Gunuang Omeh cocok. Diantara jenis kopi yang ditanam petani ada Robusta, dan jenis lainnya. Dan petani memilih jenis kopi karena memang biaya pemeliharaan lebih murah begitu juga dengan penyakit tidak banyak,” sebutnya. (uus)

Exit mobile version