Menurutnya, partisipasi aktif masyarakat dalam pelatihan dan kegiatan mitigasi adalah langkah awal menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif.
“Kami ingin masyarakat lebih memahami potensi risiko di sekitar mereka dan ikut terlibat dalam pelatihan. Dengan kebersamaan, kita dapat menciptakan Payakumbuh yang lebih aman dan tangguh,” ujarnya.
Dengan tantangan bencana alam yang kian meningkat, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan relawan menjadi kunci menghadapi segala risiko.
“Kami percaya pelatihan ini akan berdampak besar bagi kesiapsiagaan masyarakat Payakumbuh. Mari bersama-sama menjaga keamanan dan keselamatan warga dengan kesiapan dan kerja sama yang lebih baik,” tutup Suprayitno.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Kota Payakumbuh Erizon, menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan teknis para relawan dalam berbagai aspek penanggulangan bencana. Materi yang diberikan meliputi teknik penyelamatan, penggunaan peralatan, dan strategi evakuasi yang efektif.
Ia berharap para relawan dapat menjadi ujung tombak yang andal dalam menghadapi situasi darurat di lapangan. “Relawan adalah ujung tombak dalam mitigasi dan respons bencana. Mereka harus terampil secara teknis untuk menghadapi berbagai tantangan di lapangan,” jelasnya.
Dede (52), salah satu peserta pelatihan, membagikan kisah inspiratifnya. Ia sudah terlibat menjadi relawan sejak kecil, membantu evakuasi warga dari daerah rawan banjir di antara dua sungai yang sering meluap.
Bagi Dede, menjadi relawan adalah panggilan hati untuk terus berkontribusi kepada masyarakat. “Bagi saya, ini adalah panggilan jiwa. Menjadi relawan adalah cara saya membantu masyarakat saat mereka membutuhkan,” katanya. Pelatihan ini diharapkan mampu mencetak relawan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. (uus)




















