POLIKO, METRO–Kesehatan anak-anak sekolah merupakan salah satu pilar utama dalam membangun masa depan yang sehat dan produktif. Merujuk atas hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemko) Payakumbuh melalui Dinas Kesehatan gelar sosialisasi dan advokasi kurikulum kesehatan pada satuan pendidikan di kota Payakumbuh, baru-baru ini.
Dibuka langsung Pj. Wali Kota Paykumbuh, Suprayitno didampingi Kadinkes Wawan Sofianto, sosialisasi menghadirkan dua narasumber, Rosmanelli (Kabid Kesmas di Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar) dan Wita Mustafa (Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumbar), dan diikuti seluruh Kepala OPD, Camat, Puskesmas, PAUD/TK, SD, SMP, SMA sederajat se-kota Payakumbuh, ketua Forum kota sehat, TP-UKS, forum Kecamatan sehat, Kwarcab 0314 Pramuka, dan PMI kota Payakumbuh.
Sosialisasi digelar bertujuan guna menjangkau seluruh Sekolah tingkat TK, SD, SMP, dan SMA sederajat agar tersosialisasi dan mampu dalam melaksanakan Kurukulum Kesehatan di Satauan Pendidikan, serta untuk Meningkatkan Upaya Pendidikan Kesehatan di semua tatanan khususnya di Tatanan Sekolah dalam mengimpementasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
“Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi ikhtiar kita bersama agar masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang sehat, cerdas dan produktif dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujar Kepala Bidang Promosi, Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Juli Juwita.
Sementara Pj Wako Payakumbuh Suprayitno, mengatakan jika tantangan kesehatan di kalangan anak usia sekolah saat ini semakin kompleks, mulai dari permasalahan gizi, sanitasi dan kesehatan mental. “Berdasarkan data di tahun 2021 telah ditemukannya anak-anak usia sekolah yang rentan terhadap berbagai macam masalah kesehatan,” beber Suprayitno.
Diungkapkannya, saat ini terdapat 10 macam penyakit yang menyebabkan kesakitan dan kematian terbesar terhadap anak, seperti defisiensi nutrisi, penyakit kulit, infeksi pernafasan, maupun infeksi pencernaan, yang menjadi resiko bagi anak-anak usia sekolah.
“Belum lagi ada data yang mengatakan bahwa 47,5 persen penduduk berusia di atas 3 tahun mengkonsumsi minuman manis lebih dari satu kali setiap harinya. Dimana 50 persen diantara mereka ini merupakan anak-anak rentang usia 3 sampai 14 tahun,” ungkapnya. “Perilaku-perilaku yang tidak sehat ini meningkatkan resiko anemia, obesitas, diabetes, kolesterol, dan hipertensi, yang tentunya akan mengganggu produktivitas pada saat mereka berkarya nantinya,” tambahnya.
Lebih lanjut, menurut Suprayitno dengan data yang dimiliki tersebut, sekolah tentunya memiliki peran yang strategis, tidak hanya sebagai tempat belajar, tetapi juga menjadi sarana utama untuk memberikan pendidikan kesehatan, dan membekali peserta didik dengan pengetahuan sikap dan keterampilan hidup sehat.
Kurikulum merdeka yang sekarang diterapkan memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengintegrasikan materi kesehatan di dalam pembelajaran baik melalui mata pelajaran yang relevan seperti PJOK IPA dan PPKN maupun melalui kegiatan proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang saat ini sangat digemari oleh siswa. (uus)