LIMAPULUH KOTA, METRO–Pelaku usaha Sale Pisang di Koto Baru Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, masih memakai alat tradisional seadanya untuk membuat atau memproduksi Sale Pisang.
Minimnya modal yang dimiliki, menjadi kendala bagi para pelaku usah untuk bisa memproduksi lebih banyak Sale Pisang. Teti Herawati, salah satunya mengakui hanya bisa membuat beberapa Sisir Sikek pisang saja, karena terbatasnya modal dan peralatan.
Padahal sebutnya, dia bisa membuat sampai 100 kilogram Sale Pisang setiap hari bila didukung dengan modal dan peralatan yang cukup. Karena hingga kini dirinya dan pelaku usaha lainnya masih menggunakan pisau dan alat tradisional lainnya untuk produksi Sale Pisang.
“Kendalanya kita pelaku usaha Sale Pisang hanya modal. Kalau ada modal, kita bisa hasilkan lebih banyak bahkan bisa sampai 100 Kg sehari,” sebutnya ketika berbincang-bincang dengan calon Wakil Bupati Lima Puluh Kota Ferizal Ridwan atau akrab disapa Feri Buya, baru-baru ini.
Selain modal, Teti Herawati juga tidak bisa menambah produksi Sale Pisang setiap hari karena juga terbatasnya jumlah Nampan atau Tampah tempat menjemur atau pengeringan pisang setelah di iris-iris. Karena menurut wanita paroh baya ini, untuk membuat Tampah atau Nampan, juga dibutuhkan modal. “Untuk saat ini kami hanya punya beberapa Tampa atau tempat menjemur Sale pisang. Jadi semuanya terbatas akibat modal kurang,” sebut Teti Herawati saat bercerita dengan Ferizal Ridwan di rumahnya disela-sela membuat sale pisang.
Sementara itu untuk pemasaran Teti Herawati mengakui tidak ada kesulitan. Dirinya, sudah memiliki langganan untuk diantar ditempat penjual oleh-oleh yang ada di Payakumbuh. Dan berapapun jumlahnya bisa ditampung atau diambil.
“Kalau pemasaran tidak ada kendala. Kami menjual ketempat pedagang oleh-oleh seperti sanjai. Dan kami jual 40 ribu lebih satu kilonya. Kalau untuk saat ini kadang kami hanya bisa menjual beberapa kilogram saja sehari,” ucapnya.
Untuk bahan bakunya, Teti Herawati juga tidak ada masalah. Ketersediaan pisang didaerah itu juga cukup. “Kalau bahan seperti pisang kita banyak disini, hanya saja untuk mendapatkannya tentu butuh modal, jadi selama ini kami beli pisang sesuai dengan uang yang ada hasil penjualan Sale,” sebutnya.
Dia dan pelaku usaha lain yang ada di Koto Baru Simalanggang, berharap kepada pemerintah Lima Puluh Kota untuk memberikan supor dan perhatian kepada pelaku usaha Sale Pisang. “Harapan kami ada perhatian Pemerintah dan tentu juga pembinaan dan dukungan kepada pelaku usaha Sale pisang,” harapnya. (uus)