Kerjasama Payakumbuh-Nantong Dijalin Kembali, Pemko Bakal Bangun Monumen

SAMBUTAN—M. Fajar Rillah Vesky Anggota DPRD Lima Puluh Kota sekaligus penulis buku 40 Tahun Payakumbuh dari Soetan Oesman Hingga Josrizal Zain” dan buku “45 Tahun Payakumbuh: Tumbuh Kembang Sebuah Kota” berikan sambutan.

POLIKO, METRO–Pemerintah Kota Paya­kumbuh, Sumatera Barat, berencana menjalin kembali kerjasama sister city atau kota kembar dengan Peme­rintah Kota Nantong, Pro­vinsi Jiansu, Republik Rakyat China.  Kerja sama Paya­kumbuh dan Nantong yang tidak lepas dari sejarah me­ninggalnya Yu Dafu, sastra­wan sekaligus pahlawan na­sional Tiongkok pada masa kependudukan Jepang di Payakumbuh, pernah dirintis pada tahun 2009  silam.

“Kerja sama sister city antara Payakumbuh dan Nantong, pernah dijalin se­cara resmi pada Juni 2009 silam. Tapi karena berbagai dinamika dan perkem­ba­ngan, kerja sama itu sempat terputus. Kini, rencananya akan disambung kembali. Karena itu, kami minta ma­sukan dari seluruh stakhol­ders dan tokoh-tokoh Paya­kumbuh,” kata Pj Wali Kota Payakumbuh Suprayitno, didampingi Asisten I Dafrul Pasi dan Kepala Disparpora Novriwandi, dalam Focus Group Discussion (FGD) di pendopo rumah jabatan wali kota, Kamis (8/8).

FGD itu semula digelar untuk membahas rencana Pemko Payakumbuh men­dirikan museum dan rencana penelusuran sejarah tokoh nasional asal Payakumbuh. Namun dalam perkem­ba­ngannya, FGD itu lebih difo­kuskan untuk membahas sosok Yu Dafu, sastrawan sekaligus pahlawan nasional Tiongkok yang dibunuh kem­petai (polisi militer) Jepang di Payakumbuh. Sekaligus mem­bahas kerjasama yang pernah dijalin antara Pemko Payakumbuh dengan Pe­merintah Kota Nantong yang merupakan tanah kelahiran Yu Dafu.

Dalam diskusi, hadir man­tan Wali Kota Paya­kumbuh  Josrizal Zain Dt Kakondo, mantan Wakil Wali Kota Syamsul Bahri Dt Ban­daro Putiah, mantan Sekko Payakumbuh sekaligus man­tan Wawako Bukittinggi Ir­wan­di Dt Batujuah. Kemu­dian, juga hadir M. Fajar Rillah Vesky,  anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota yang pernah menulis buku “40 Tahun Payakumbuh: Dari Soetan Oesman Hingga Jos­rizal Zain” dan buku “45 Tahun Payakumbuh: Tumbuh Kembang Sebuah Kota”. Dimana dalam kedua buku ini juga tertuang  sejarah Yu Dafu di Payakumbuh, serta kerja sama Payakumbuh dengan Nantong.

Selain mereka, diskusi ini juga dihadiri sejumlah tokoh masyarakat dan mantan pejabat yang ikut bertolak ke China pada tahun 2009 silam atau sewaktu dijalin kerja sama Payakumbuh-Nantong. Diantara mereka adalah man­tan Kadisdik Edvianus,  Elfi Joni, Drs Armi MM, serta pengurus Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan Himpunan Tjinta Teman (HTT) Paya­kumbuh. Mereka, hadir ber­sama sejumlah budayawan,  sastrawan,  sejarawan, dan wartawan. Seperti Iyut Fitra, Yulfian Azrial (Yum AZ), Yu­dilfan Habib Dt Monti, Asnam Rasyid, Yusfa Henda Bahar,  Ade Hendra, dan Jeffry Ri­cardo Magno (Bule).

Di samping itu, diskusi yang dipandu Asisten I Set­dako Payakumbuh Dafrul Pasi ini, juga dihadiri pe­ngurus LKAAM dan Bundo Kanduang se-Payakumbuh, serta pengurus KAN dan Bundo Kanduang dari 10 nagari di Payakumbuh. Para pemangku adat itu hadir bersama Tim Ahli Cagar Budaya Payakumbuh yang terdiri dari Yonni Saputra, Hadiati, Rella Elci Mardiah, dan Muhamad Irsyad Ash-Shidiqie. Serta perwakilan Disparpora, Disdik, Bappeda, Dinas PU, Dinas Arsip dan Pustaka, Diskominfo, Bagian Pemerintahan Setdako, dan Cabdin Wilayah IV.

Dalam diskusi, mantan Wali Kota Josrizal Zain ber­sama mantan Sekko Irwandi Dt Batujuah, bercerita ten­tang kerja sama yang pernah dirintis Payakumbuh dengan Nantong. Terutama, pada bidang pendidikan, ekonomi atau industri, dan pariwisata. Josrizal bersama Irwandi, dan juga Syamsul Bahri Dt Bandaro Putiah, mendukung renca a Pj Wako Paya­kum­buh Suprayitno dan  peme­rintah daerah yang ingin menjalin kembali kerjasama dengan Kota Nantong ini.

Josrizal Zain yang dua periode menjadi wali kota juga menyebutkan, bahwa kerjasama sister city antara Payakumbuh dengan Nan­tong, pernah diapresiasi mantan Menteri Perda­ga­ngan Marie Elka Pangestu. “Kerja sama Payakumbuh dengan Nantong, tak lepas dari keberadaan Yu Dafu, sastrawan dan pahlawan nasional China yang dibunuh Jepang di Payakumbuh. Di­mana, putri Yu Dafu  ber­nama Yu Meilan, adalah  to­koh penting di Kota Nantong, Provinsi Jiansu,” kata Jos­rizal.

Ahli Sanitasi Indonesia ini menyebutkan, sejarah dan jejak Yu Dafu di Paya­kum­buh, banyak ditulis oleh M. Fajar Rillah Vesky, wartawan dan penulis yang baru saja dilantik sebagai anggota DPRD Limapuluh Kota. “Ka­lau soal sejarah Yu Dafu ini, banyak ditulis oleh adinda Fajar Vesky. Beliau banyak menyimpan arsip tulisan dan foto-foto tentang Yu Dafu,” kata Josrizal Zain.

Sedangkan M. Fajar Ril­lah Vesky, mengapresiasi Pj Wali Kota Payakumbuh Su­pra­yitno yang punya per­hatian serius terhadap isu-isu sejarah dan kebudayaan, serta serius menyambung kembali kerja sama kota kembar Payakumbuh de­ngan Nantong. Dimana, kerja­sama itu tak lepas dari sejarah pahlawan nasional China Yu Dafu yang diculik dan dibunuh kempetai Je­pang setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, kemudian mayatnya diduga dibuang di sekitaran Batang Agam dan tak ditemukan hingga sekarang.

Fajar menyebut, kebe­ra­daan Yu Dafu di Paya­kum­buh, menandakan proses asimilasi antara penduduk lokal dengan masyarakat pendatang, sudah berlang­sung secara terus menerus dan paripurna di Paya­kum­buh. “Payakumbuh adalah kota yang heterogen. Proses asimilasi di Payakumbuh, sudah berlangsung secara paripurna. Semangat ini, tentu perlu kita rawat dan jaga bersama,” kata Fajar Rillah Vesky yang sempat memaparkan sejarah hidup Yu Dafu di Payakumbuh. (uus)

Exit mobile version