Perubahan Iklim Ancaman Serius Infrastruktur

JAGA KESEIMBANGAN ALAM— Sekda Kabupaten Limapuluh Kota Herman Azmar bersama Direktur KKI Warsi usai menandatangani MoU dalam upaya mewujudkan lingkungan alam Limapuluh Kota yang asri dan bersih.

LIMAPULUH KOTA, METRO–Sekretaris Daerah (Sek­da) Kabupaten Lima Puluh Kota, Herman Azmar, da­lam membuka acara workshop yang dilaksanakan bersama Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, di aula Kantor Bupati Lima puluh Kota, Sa­rilamak, Harau, menyebut perubahan iklim  ancamanan serius bagi pembangunan dan infrastruktur.

Dalam sambutan Men­teri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, yang dibacakan Sekda Herman Azmar, disampaikan bahwa dunia saat ini menghadapi triple planetary crisis yang semakin intens yakni krisis perubahan iklim, krisis kerusakan alam dan kehilangan biodiversitas, serta krisis polusi dan limbah.

Pemulihan lingkungan merupakan kunci dalam membalikkan arus degradasi lahan, dan dapat se­kaligus meningkatkan mata pencaharian, mengurangi kemiskinan dan membangun ketahanan terhadap cuaca ekstrim. Pemulihan juga mening­katkan penyimpanan karbon dan memperlambat proses atau dampak akibat perubahan iklim.

Sekda Herman Asmar, menyebut di Kabupaten Lima Puluh Kota penanganan perubahan iklim su­dah dilakukan,  namun, masih belum tercapai. Karena banyak faktor termasuk terkait dengan du­kungan anggaran. Untuk itu diharapkan dukungan dari lembaga-lembaga terkait termasuk KKI Warsi dengan program pohon asuh.

“Saya tertarik sekali dengan program pohon asuh ini. Ada pohon-pohon tertentu dengan diameter besar yang masih bisa hidup bertahun tahun lagi yang bisa menghasilkan emisi. Saya berharap pemerhati lingkungan dan masyarakat bisa membantu menjaga dan me­ngasuh pohon, tidak ada lagi penebangan hutan dan mengganggu ekologi hutan,” harapnya.

Workshop sehari yang melibatkan 150 orang dari komunitas masyarakat, OPD, Wali Nagari, kelompok usaha, dengan tema “Inisiatif masyarakat da­lam rangka perlindungan dan pengelolaan SDA dan Lingkungan hidup sebagai upaya mitigasi dan adap­tasi perubahan iklim”, menghadirkan narasumber dari Lembaga Pe­nge­lola Hutan Nagari (LPHN) Nagari Simpang Kapuak, Skema Hutan Kema­sya­rakatan Hulu Aia, Halaban (Demplot Si Raja Buah), dan tokoh masyarakat Ampalu dengan hutan adatnya.

Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Adi Junedi, menyampaikan bahwa iklim makin ekstrim, suhu diberbagai negara sudah mencapai 50 darjat, dan sudah menimbulkan korban jiwa. Beruntung di Indonesia khususnya Su­matera Barat masih ber­kisar 30 derajat.

“Iklim kita makin ekstrim, dikita masih 30 darjat. Perubahan iklim itu semakin nyata dan kita diharapkan mampu beradaptasi. Salah satu yang bisa menjaga perubahan iklim itu hutan. Kontribusi emisi hutan masih sedikit karena kerusakan. Kehutanan sosial dinilai mampu menaikan emisi. Sudah ada 38 kehutanan sosial di 37 nagari. Dan saat ini yang kita dukung hutan adat. Seperti yang sudah ada di Mentawai dan Dhar­masraya,” harapnya.

Dia juga berharap program pohon asuh yang terus digalakkan, di Su­matera Barat, salah satunya ada di Simpang Ka­puak, Lima Puluh Kota. Diharapkan mendapat dukungan semua pihak agar keseimbangan alam terus terjaga dengan baik. Karena setiap pohon asuh akan disuport dengan bantuan dana untuk pemeliharaan.

Sebelumnya, Kadis Ling­kungan Hidup Perumahan Rakyat dan Pemukiman, Rizal Hanif, me­nyebut workshop pemerintah Lima puluh Kota bersama KKI Warsi ini dalam rangka peringatan hari lingkungan hidup sedunia 6 Juni 2024.  “Pagi kita lakukan apel pagi yang di­pimpin sekda, kemudian workshop dan penandatanganan MoU antara Pemkab Lima puluh Kota dengan KKI Warsi untuk sama sama mewujudkan lingkungan alam Lima puluh kota yang asri dan bersih. Kemudian kita launching program pohon asuh yang diprakarsai Warsi, kemudian kita lanjutkan dialog komunitas,” ungkap Rizal Hanif. (uus)

Exit mobile version