Beberapa penyebab stunting, tambah Ade, adalah tidak suksesnya program KB, ketersediaan air bersih, kecukupan gizi dan sanitasi serta keadaan atau kondisi rumah yang tidak layak huni.
Sementara Kepala DP3AP2KB Kota Payakumbuh, A. H. Agustion menyebutkan bahwa, penuntasan stunting di Kota Payakumbuh butuh bantuan semua pihak, karena keterbatasan kader. “Karena keterbatasan kader, kita semua bisa membantu penuntasan dan pencegahan stunting dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab stunting tidak saja disebabkan masalah gizi dan ekonomi, namun juga disebabkan oleh pola asuh,” ucapnya.
Agustion juga menambahkan, penurunan stunting merupakan program prioritas Pemerintah saat ini yang harus dituntaskan, sebab di tahun 2024 nanti target yang ingin dicapai 14 persen. “ Untuk mencapai target 14 persen stunting di tahun 2024 nanti harus dilakukan bersama-sama, untuk itu perlu peranan semua pihak untuk ikut mendampingi keluarga yang beresiko stunting,” ucap Agustion.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh itu sebelumnya juga menyebutkan bahwa, salah satu kegiatan percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh Pemko Payakumbuh adalah Grebek Stunting, yaitu kunjungan kepada keluarga yang beresiko stunting dan diberikan bantuan dalam pemenuhan gizinya.
Yessy mewakili Kepala BKKB Sumatera Barat mengatakan bahwa, saat ini angka Prevelansi Stunting Nasional 21,26 persen dan diharapkan tahun 2024 bisa turun ke angka 14 persen. Dan di Payakumbuh saat ini angka Prevelansi Stunting sudah cukup baik yakni 17,8 persen. (uus)