AGAM, METRO–Tidak adanya pelabuhan penyelamatan, sejumlah kapal tangkap ikan, terutama jenis bagan, di Pantai Tiku, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, terus menyusut. Kondisi itu sangat meresahkan penduduk, terutama bagi para nelayan yang menggantungkan periuk barehnya di laut tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat Tiku, Kecamatan Tanjung Mutiara, Boy Basri Tanjung (48) mengatakan, nelayan Tiku pernah jaya sekitar tahun 1990-an. Kala itu jumlah bagan mencapai 200 unit lebih. Namun secara bertahap, jumlah kapal bagan terus berkurang. Penyebabnya, tidak ada pelabuhan penyelamatan untuk pelindung kapal kala ombak besar menerjang perairan Tiku, katanya
“Satu per satu kapal bagan menghilang dari perairan Tiku. Ada yang dihancurkan ombak dan ada pula yang sengaja dijual pemiliknya karena dinilai kurang menguntungkan, akibat biaya penyelamatan kapal di kala badai sangat tinggi,“ ujarnya.
Pemilik kapal bagan terpaksa menitipkan kapal ke Bungus Taluk Kabung, atau ke Muaro Padang. Makanya sejak lama para nelayan Tiku berharap pemerintah Kabupaten Agam untuk secepatnya membangun sebuah pelabuhanpenyelamatan kapal ikan di Pantai Tiku.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam, Ermanto mengatakan kepada POSMETRO melalui telepon mengakui kondisi demikian. Menurutnya, dulu kapal bagan di Tiku mencapai sekitar 2017 unit. Kini tinggal sekitar 25 unit, katanya.
Makanya, nelayan Tiku sejak lama mendambakan pelabuhan yang aman, untuk dermaga penyelamatan atau menyandarkan kapal ikan mereka. Perjuangan untuk mendapatkan bantuan.
“Pusat juga sudah lama dilakukan. Bahkan sejak Kabupaten Agam dipimpin Kol. H. Ismu Nazif, perjuangan untuk mendapatkan batuan pembangunan pelabuhan perikanan sudah dilakukan. Sayangnya belum berhasil,” katanya.
Dia menambahkan, perjuangan yang tidak kenal menyerah juga dilakukan di era kepemimpinan H. Aristo Munandar. Namun kembali tidak berhasil. Namun, secercah harapan mulai terlihat dalam era kepemimpinan Indra Catri. Pemerintah Pusat telah menyetujui untuk membiayai pembangunan 1 unit pelabuhan perikanan di Tiku.
“Insyaallah, bila tidak ada kendala, tahun anggaran 2016 akan dimulai pembangunan pelabuhan penyelamatan perikanan tahap pertama,” ujarnya.
Dijelaskan Ermanto, pembangunan tahap awal akan menghabiskan biaya dari APBN sekitar Rp10 miliar. Bila pembangunan tahap awal lancar, akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap II.
Diyakini, bila pelabuhan itu selesai dibangun nantinya, kehidupan para nelayan akan semangkin sejahtera. Para pemilik kapal bagan, yang kini jera memiliki kapal bagan, akan kembali tertarik untuk menanamkan investasinya di sektor penangkapan ikan, tandas Ermanto.
“Kini para pemodal enggan menanamkan investasinya pada usaha kapal bagan,karena trauma masa lalu. Tetapi bila sudah ada pelabuhan untuk menyelamatkan kapal bagan mereka pada musim badai, diyakini mereka akan kembali membeli kapal bagan. Itu berarti peluang kerja bagi penduduk Kecamatan Tanjung Mutiara. Di sisi lain produksi ikan laut Kabupaten Agam akan melonjak drastis,” ujarnya.
Kondisi saat ini, kata Ermanto, dengan jumlah kapal bagan hanya 25 unit, produksi ikan laut Agam mencapai 7.000 ton lebih. “Kami berharap semoga rencana pembangunan pelabuhan perikanan di Tiku tidak terkendala, sehingga masyarakat Tiku terutama yang menggantungkan hidupnya di laut sehingga bisa lebih sejahtera,” tutup Ermanto.(i)
Komentar