Palembayan Komit Lestarikan Seni Tradisi 80-an

AGAM, METRO – Camat Pelambayan Ridwan membangkitkan kembali kesenian tradisi yang di Palembayan yang pada era delapan puluhan cukup populer. Membangkitkan kesenian era delapan puluhan itu bertujuan untuk menggali kembali kesenian tradisional yang dimiliki, yang sekian lama sudah mati suri.
“Sebab banyak pesan-pesan yang disampaikan melalui kesenian tersebut sudah lama hilang,” ungkap Ridwan saat menyampaikan kata sambutan dalam Acara “ galanggang siliah baganti” semalam suntuak Senin Malam sekitar Pukul 20.00 WIB
Ridwan menuturkan, untuk memupuk talisilaturahmi antara yang ada di Kecamatan Palembayan makanya bersama pemuka masyarakat Palembayan ini menggelar pagelaran samalam suntuak bersama seluruh lapisan masyarakat Palembayan.
Palegelaran yang dilaksanakan ini memang sudah lama tidak berkiprah di depan mata masyarakat. Sebab kesenian tersebut banyak yang pencentusnya sudah merantau dan ada juga yang telah meninggal makanya kesenian tidak bisa dilihat lagi oleh masyarakat Palembayan.
Menanggapi hal tersebut langsung berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan tuo silek kampuang yang lebih tahu apa sih kesenian yang ada di Kecamatan Palembayan tersebut. Tuo silek mendengar ide yang dihadirkan langsung tergerak hatinya untuk menggembalikan kesenian anak kampung yang sudah lama mati suri.
“Tanpa fikir panjang, serta berhubungan dengan libur anak sekolah makanya acara ini langsung kita laksanakan di halaman Kantor camat. Makanya dalam acara bagurau samalam suntuak tersebut menghadirkan kesenian yang sudah lama hilang tersebut yakni tambua tansa, silek, randai, tari piring dan kesenian lainya,” ujar Ridwan.
Dalam acara bagurau samalam suntuak tersebut mengundang perhatian masyarakat untuk mengadiri acara tersebut,mulai dari anak-anak, kaum muda mudi dan orang tua ikut handil dalam acara tersebut.
Dikatakan Ridwan, ini membuktikan bahwa masyarakat sangat haus dengan tradisi lama ini. Di samping itu kegiatan-kegiatan yang semacam ini sangat berpengaruh dalam setiap prilaku anak-anak untuk massa yang akan datang. Di mana tidak dalam setiap kesenian yang ditampilkan sangat mempunyai arti yang sangat luas. Banyak pesan dan kesan yang tersirat dalam setiap alunan dan tarian yang disampaikan dalam kesenian tersebut.
Maka dari itu hal ini harus dibangkitkan kembali bagaimana generasi muda bisa mencintai tradisi ini dan mampu membangkitkan batang tarandam demi kelestarian kesenian yang punya. Kalau dilihat pada zaman dahulunya anak-anak sering tidur si surau, baraja silek dan belajar menggaji. Usai belajar manggaji langsung baraja silek,jadi orang-orang zaman dahulunya memang terkenal dengan ketelatenanya dan harus bangkitkan kembali.
Ridwan menambahkan, mudah-mudahan kegiatan yang semacam ini bisa memancing kembali semangat masyarakat untuk mengembalikan tradisi ini. Di samping itu akan berusaha kegiatan ini buka hanya seremonila saja, kapan perlu dijadikan agenda rutin dalam mengisi waktu luang untuk berbaur dengan masyarakat agar tali silaturahmi berkesinambungan terus hadir di tengah-tengah masyarakat. “Kalau masyarakat kita sudah bersatu dan saling bercengkraman tentu apa yang akan kita wacanakan akan berjalan dengan maksimal demi mewujudkan masyarakat yang madani berprestasi yang mandiri,” ujar Ridwan. (pry)

Exit mobile version