Festival Silek Tradisional Minangkabau 2018

Basilek Salah Satu Ciri Orang Minang
BUKITTINGGI, METRO – Festival Silek Tradisional Minangkabau (FSTM) 2018 dibuka Walikota Bukittinggi Ramlan Nurmatias di lapangan Wirabraja Bukittinggi, Rabu (28/11). Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Melvi Abra mengatakan FSTM ini diikuti berbagai daerah termasuk utusan mancanegara.
“Silek adalah salah satu nilai tradisi yang merupakan kekayaan khasanah budaya Minangkabau yang perlu dilindungi, dilestarikan, diwariskan dan dipromosikan. Dalam perkembangan arus globalisasi ini, nilai-nilai tradisi ikut mendapat pengaruh dan tantangan untuk tumbuh dan berkembang, maka kita sebagai pemiliki nilai-nilai budaya perlu melakukan aksi dalam rangka pemajuan kebudayaan tersebut,” ujar Melvi Abra.
Dikatakan, silek adalah sebuah seni beladiri yang telah lama berkembang baik dalam negeri maupun mancanegara. Maka untuk memajukan dan melakukan kembali pemurnian nilai-nilai silek ditanah leluhurnya, maka dilakukan festival ini dengan berbagai upaya. Pelaksanaan ivent ini didasari UU No.5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Perda Kota Bukittinggi No.13/2014 tentang Pelestarian Nilai Seni Tradisionil di Bukittinggi. Dikatakan, tujuan festival ini untuk membangkitkan minat generasi muda terhadap nilai-nilai seni budaya tradisional Minangkabau, yang memberikan kebanggaan dan rasa memiliki silek. Kemudian, memelihara, memperkenalkan, meningkatkan apresiasi, mewariskan, melestarikan dan mempromosikan silek sebagai salah satu kekayaan intelektual dari kearifan local Minangkabau yang telah mendunia.
Sementara iven yang akan dilaksanakan berupa Arak Iriang, Festival Silek Lokal se Sumbar, Ekshibisi Silek Kota Bukittinggi, Nasional dan Internasional, Workshop Silek, Pentas Seni Tradisional, Tour Destinasi Berbasis Budaya oleh peserta, Balai Pelestarian Cagar Budaya menghadirkan puisi dan pameran budaya sedangkan Balai Pelestarian Nilai Budaya mengadakan seminar Budaya tentang Silek dan merevitalisasi kebudayaan Minangkabau. Festival diikuti 10 pesilat nasional, 58 perguruan dan 20 pesilat yang telah melalang buana ke mancanegara atau pernah belajar di Bukittinggi dan mengembangkannya di luar negeri.
Ketua LKAAM Bukittinggi Inyiak Syahrizal Dt Palang Gagah mengatakan, bicara masalah pencak silat itu sesungguhnya membicarakan diri sendiri. Sebab silek itu sangat identik dengan orang Minangkabau. Karena silek adalah seni beladiri yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun.“Ada beberapa latar belakang kenapa silek itu sangat lekat dan kental dengan Minangkabau. Pertama tabiat orang Minangkabau adalah merantau, setiap putra Minang yang akan pergi merantau akan dibekali dengan ilmu beladiri yang disebut dengan silek. Kedua Indonesia adalah negara yang kaya, kekayaan itu harus dijaga putra putri Minangkabau itu. Sehingga orang tua kita dahulu mengajarkan silek kepada anak cucu bela diri silek. Kaena ciri orang Minang ada 3 pandai mangaji, bisa sembahayang dan pandai basilek,” ujar Syahrizal.
Dikatakan, pencak berasal dari kata mancak berasal dari gerakan bungo dari silek dipergunakan untuk menyambut tamu. Silek berasal dari kata Siliek karena memang pendekar itu liat seperti belut. Jadi ada inti dari pencak silat yang tidak bisa dipisahkan, mamancak di galanggang, basilek di muko musuah. “Didalam silek itu diajarkan ada langkah 3, langkah 4, langkah 9. Langkah 9 dipergunakan untuk pencak. Sedangkan langkah tiga dan empat untuk silek. Konsep silek pertama, raso dibaok naik, pareso dibaok turun. Kadua pesilat tau jo garak jo garik. Tau hal hal yang bakal terjadi terutama yang mengancam diri sendiri dan siap pula dengan gerakan antisipasinya. Ketiga ado kato ado jaweknya ado gayuang ado sambuiknya. Demikian arif dan bijaksana pencak silat ini ungkap Inyiak Syahrizal Dt. Palang Gagah,” ungkap Syahrizal.
Walikota Bukittinggi Ramlan Nurmatias mengatakan, festival silek ini merupakan salah satu media edukatif bagi warga, terutama generasi muda. Agar lebih mencintai warisan budaya leluhurnya. Disamping itu kegiatan ini adalah salah satu upaya untuk memperkenalkan ke dunia internasional tentang keberadaan seni beladiri turun temurun yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau.
“Sebagai bagian dari Budaya Nasional, silek juga merupakan warisan budaya tak benda (intangible) yang berurat berakar dari tanah air kita Indonesia. Saat ini Silek dari Sumbar dalam proses pengusulan ke UNESCO, untuk diakui sebagai warisan dunia asli yang berasal dari Indonesia,” ujar wako.
Katanya, silek mempunyai nilai-nilai filosofi yang mempunyai ciri khas jika dibanding seni bela diri lainnya. Lahia silek mancari kawan, bathin silek mancari Tuhan. Ini adalah makna yang terdalam yang mesti tertanam sebagai karakter sopan santun, tahu garak, tahun jo garik, ketulusan budi, keimanan dan ketaqwaan serta saling menghargai.
Ramlan melihat, silek tradisi diyakini dapat memberikan manfaat besar dalam pelestarian nilai-nilai budaya, sejarah, budi pekerti, kearifan lokal, yang nantinya diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap pengaruh negative arus globalisasi. Globalisasi dan budaya boleh berkembang, tapi nilai-nilai agama, nilai baik secara universal dan hak azasi manudia tetap perlu dipertahankan. Festival silek ini merupakan sebuah kegiatan untuk memperkenalkan kekayaan budaya Minangkabau ke tingkat nasional dan juga internasional.
“Belakangan ini tradisi Minangkabau sangat rentan posisinya bersaing dengan seni budaya asing. Arus globalisasi kiam mempersempit ruang gerak seni budaya daerah di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya seni dan budaya daerah pun semakin jauh dinikmati masyarakat. Hendaknya, silek tradisi menjadi objek pemajuan kebudayaan dapat berakar dan berkembang di seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya
Pemko mengapresiasi masyarakat, sasaran silek, komunitas, organisasi dan para generasi muda yang telah ikut mengembangkan kreativitas dan energinya di sasaran silek dalam negeri. Setiap kegiatan positif generasi muda khususnya di Bukitinggi akan mendapat perhatian khusus demi kemajuan budaya sendiri. (cr8)

Exit mobile version