AGAM, METRO–Kabupaten Agam terus menunjukkan potensinya sebagai salah satu lumbung ikan air tawar di Sumatera Barat. Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam mencatat, produksi ikan air tawar di daerah itu mencapai 16.850,60 ton selama triwulan pertama 2025.
“Produksi ini berasal dari berbagai media budidaya, dan yang paling banyak adalah ikan nila,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, Senin (22/9).
Rosva menjelaskan, delapan media budidaya ikan yang dimanfaatkan masyarakat di antaranya kolam air tenang, kolam air deras, kolam terpal, budidaya di saluran irigasi, keramba irigasi, keramba jaring apung, minapadi, hingga tambak.
Dari seluruh media tersebut, keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, menjadi penyumbang terbesar produksi ikan. “Danau Maninjau masih menjadi pusat produksi utama, disusul keramba irigasi dan kolam air deras,” ujarnya.
Hasil budidaya ikan air tawar tersebut tidak hanya dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kabupaten Agam dan kota lain di Sumbar, tetapi juga menembus provinsi tetangga. Beberapa di antaranya dipasarkan ke Riau, Jambi, Bengkulu, hingga Sumatera Utara.
“Hampir setiap hari ada distribusi ikan keluar daerah. Harga jual di tingkat petani saat ini berkisar Rp25 ribu per kilogram,” jelas Rosva.
Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, produksi ikan di Agam menunjukkan tren peningkatan. Pada 2023 tercatat 30.660,68 ton, sementara pada 2024 meningkat menjadi 33.409,39 ton. Pemerintah menargetkan produksi tahun 2025 bisa lebih tinggi lagi.
















