Awal Tahun Kelam bagi Petani Jala Apung di Danau Maninjau, Puluhan Ton Ikan Mati Mendadak

IKAN MATI MENDADAK— Awal tahun 2025 menjadi mimpi buruk bagi para petani jala apung di Danau Maninjau. Puluhan ton ikan yang menjadi tumpuan ekonomi mereka mati secara mendadak, diduga akibat kondisi cuaca ekstrem yang melanda kawasan tersebut.

AGAM, METRO–Awal tahun 2025 menjadi mimpi buruk bagi para petani jala apung di Danau Maninjau. Puluhan ton ikan yang menjadi tumpuan ekonomi mereka mati secara mendadak, diduga akibat kondisi cuaca ekstrem yang melanda kawasan tersebut.

Salah seorang petani jala apung, St. Mantari, pada Minggu (19/1), mengungkapkan bahwa ikan di keramba miliknya mati tiba-tiba. “Kemungkinan besar ini disebabkan oleh cuaca ekstrem. Angin kencang dalam seminggu terakhir meningkatkan sirkulasi riak air danau, ditambah curah hujan yang tinggi. Hal ini mengurangi kadar oksigen di dalam air,” jelasnya.

Kematian ikan dalam jumlah besar ini tidak hanya berdampak pada perekonomian petani, tetapi juga dapat mengganggu pasokan ikan ke berbagai daerah. St. Mantari berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk membantu para petani yang terdampak.

“Rata-rata petani jala apung di Danau Maninjau mampu menjaga stabilitas pasokan ikan ke berbagai daerah. Kami berharap persoalan ini menjadi perhatian serius pemerintah,” tambahnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, mencatat kematian ikan paling parah terjadi di Nagari Bayua, dengan total kerugian mencapai 25 ton ikan nila.

“Kerugian diperkirakan mencapai Rp625 juta, dengan harga jual ikan di tingkat petani sekitar Rp25 ribu per kilogram,” ujarnya.

Menurutnya, ikan-ikan yang mati tersebar di Jorong Lubuak Anyia, Banda Tangah, dan Lubuak Kandang, melibatkan 12 petani.

Selain itu, kejadian serupa juga dilaporkan di Nagari Tanjung Sani, Sigiran, dan beberapa lokasi lain di sekitar Danau Maninjau. Saat ini, pemerintah bersama dinas terkait masih melakukan pendataan intensif untuk memastikan jumlah kerugian yang dialami petani.

Rosva juga mengimbau para petani agar tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau, karena hal itu dapat mencemari air dan memperparah kondisi lingkungan.

“Kami meminta petani mengumpulkan dan menguburkan bangkai ikan, agar pencemaran air dapat dicegah,” tegasnya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam sebelumnya telah mengeluarkan surat peringatan Nomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024 tentang prediksi cuaca ekstrem dan upaya pencegahan kematian ikan di Danau Maninjau.

Surat ini dikeluarkan pada 21 November 2024 dan disampaikan kepada wali nagari serta camat setempat untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

“Dinas telah mengantisipasi hal ini sejak November tahun lalu, tetapi cuaca ekstrem ternyata membawa dampak yang lebih buruk dari perkiraan,” ungkap Rosva.

Para petani berharap bantuan nyata dari pemerintah untuk mengatasi dampak ekonomi yang mereka alami, sekaligus solusi jangka panjang untuk menghindari kejadian serupa di masa depan. (pry)

Exit mobile version