Stabil di Tengah Tantangan, Pariwisata Bukittinggi Hasilkan PAD Rp22,7 Miliar

BUKITTINGGI, METRO–Kepala Dinas Pariwisata, Rofie Hendra, mengungkapkan, pihaknya da­lam tiga tahun terakhir, terus berupaya menjaga stabilitas tingkat kunju­ngan wisatawan ke Bukittinggi.

Terbukti pada tahun 2022, tercatat sebanyak 1,4 juta pengunjung yang merupakan tingkat kunjungan tertinggi selama 10 tahun terakhir dan 1,2 juta pengunjung di 2023.

Sementara, untuk ta­hun 2024, meskipun secara umum tingkat kunju­ngan wisatawan ke Suma­tera Barat sangat menurun dengan terjadinya beberapa bencana alam seperti erupsi gunung marapi, jalan longsor yang menutup akses transportasi antar kota dan dite­ngah isu gempa, tetapi kota Bukittinggi masih mencatatkan kunjungan yang tinggi dibanding da­erah-daerah lainnya.

“Angka kunjungan yang cukup tinggi, yang berdampak positif pada peningkatan PAD, tercatat pada tahun lalu saja, objek wisata berbayar kita menghasilkan PAD sebesar Rp.22.706.416.500, Sehingga, Bukittinggi masuk 10 kota terfavorit se Indonesia untuk dikunjungi saat liburan,” kata Rofie.

Rofie mengatakan untuk menambah daya tarik wisata yang beririsan de­ngan peningkatan eko­nomi masyarakat, Pemko Bukittinggi telah bangun Stasiun Lambuang, yang digadang-gadangkan men­jadi pusat kuliner terbesar di Sumatera Barat.

Selain itu, masyarakat di beberapa kelurahan yang tergabung dalam pokdarwis, juga telah “me­nyulap” beberapa potensi wisata, yang kini mulai viral di tengah masya­rakat.

“Sebut saja, Taman Panorama Baru. Kemudian, saat ini juga ada Tabiang Barasok. Ada juga beberapa potensi wisata lainnya, yang dikelola ma­syarakat setempat dan dukungan kita pemerintah kota. Sehingga impian Bapak Wali Kota Erman Safar, untuk menciptakan wisata yang terintegrasi, dapat diwujudkan,” jelasnya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Aldiasnur, juga memaparkan, untuk pelayanan kebersihan Bukittinggi, telah dilaksanakan penjemputan sampah, hingga ke gang gang rumah warga, dengan waktu yang telah ditentukan. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada, pada umumnya telah ditiadakan.

“Hanya ada tinggal tiga lagi, di lokasi yang benar benar rawan untuk penumpukan sampah. Se­lebihnya, kita jemput ke rumah warga, pagi dan sore hari,” ujar Aldiasnur.

Kadis LH juga mengungkapkan beberapa kendala saat ini, karena adanya bencana di TPA regional Payakumbuh. Sehingga, Bukittinggi tidak bisa lagi membuang sampah ke Payakumbuh, tapi harus mengirim sampah ke TPA di Kota Padang.

“Ini cukup jadi kendala. Tapi kita akan terus antisipasi ini, terutama mem­bersihkan timbulan sampah Bukittinggi yang mencapai 90 hingga 120 ton per hari. Saat ini, kita juga tengah bangun TPST Termal dengan sistem pirolisis. Tujuannya, untuk mengurangi volume sampah yang kita kirim ke TPA,” pungkasnya. (pry)

Exit mobile version