Dari Pekerja Pemasang Interior di Malaysia, Yudi Kurnia kini Sukses Budidaya Pisang di Kampung Halaman

BUDIDAYA PISANG— Pohon pisang yang dibudidayakan oleh Yudi Kurnia bisa panen sebanyak 25 tandan perpekannya yang harganya terendah di angka Rp 40.000 pertandannya.

AGAM, METRO–Budidaya pisang sangat menjanjikan untuk pe­ningkatan perekonomian, di samping komoditas tanaman hortikultura dan mu­siman lainnya. Hal ini dibuktikan salah seorang warga Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Ka­bupaten Agam.

Dia adalah Yudi Kurnia (39), yang telah menggeluti budidaya pisang sejak awal pandemi Covid-19 meng­gempur belahan dunia. “Budidaya pisang ini kita mulai awal 2020, dengan jumlah penanaman 400 batang,”ujar Yudi Kurnia

Yudi Kurnia seorang perantau Pasia Laweh, yang mengadu nasib di Malaysia bekerja sebagai pemasang interior.

Namun, usaha yang sudah digeluti lima tahun itu, terhenti dampak pandemi Covid-19 sehingga ia memilih untuk pulang kampung.

“Karena di kampung tidak ada usaha lain, kita berinisiatif menggarap lahan yang ditanami pisang untuk mencukupi kebutuhan keluarga,”sebut Yudi.

Akhirnya, usaha barunya ini sangat menjanjikan dalam meningkatkan eko­nomi, sehingga ia enggan kembali  untuk merantau. “Hasil dari tanaman pisang itu kita panen 20-25 tandan sepekan, dengan harga bervariasi sesuai ukuran tandan,” sebutnya.

Ia menjalaskan, harga terendah penjualan pisang ini Rp40.000 per tandan, sedangkan masa panen bisa 1 kali sepekan terkadang 1 kali 2 pekan.

Budidaya pisang ini dilakukan di lahan yang berada di kawasan perhutanan sosial. Usahanya itu diwadahi Kelompok Tani Petani Muda Comunity. “Bibit pisang dulunya kita beli ke Kampuang Pisang, Nagari Koto Panjang, Kecamatan IV Koto sebanyak 400 batang,” terangnya.

Kini tanaman pisang miliknya sudah berkem­bang, bahkan ia juga melayani masyarakat yang ingin mendapatkan bibit di kebunnya itu. “Ada dari daerah tetangga yang beli bibit pisang kesini seperti Kabupaten Pasaman, dengan harga per batang Rp10. 000,” ujarnya lagi. (pry)

Exit mobile version