AGAM, METRO – Perkembangan zaman saat ini, mengalami perubahan di bidang pendidikan agama, sistem belajarnya pun telah mengalami perubahan, dari yang masih ditemui pada tahun 90-an para santriwan dan santriwati belajar mengaji dengan datang ke surau ataupun langsung menemui guru mengaji, kini sulit ditemui.
Kendati demikian, di beberapa daerah di Kabupaten Agam masih melakukan pendidikan tersebut, salah satunya Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Paraman, dusun Kampung Parit, Jorong III, Kanagarian Garagahan, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam. Tempat pendidikan di mushalla itu hingga saat ini masih menggunakan sistem belajar secara Halaqah, yaitu duduk di tikar dan membentuk lingkaran dengan sebuah bangku yang dibuat khusus untuk meletakkan Al Quran di hadapan para santri.
Salah seorang guru TPA Nurul Ikhlas, M St Sariali mengatakan, untuk belajar mengaji di TPA Nurul Ikhlas, para orang tua yang mengantarkan anak-anaknya tidak perlu mengisi formulir pendaftaran. Akan tetapi, hanya membawa beberapa helai lidi yang sudah dianyam kemudian menghadap kepada guru usai shalat magrib. “Orang tua hanya menyerahkan langsung anaknya kepada guru dan berkata, saya akan memasukan anak mengaji disini jika ia malas atau nakal, ini lidi untuk menghukumnya dan jika dia menangis dan mengadu pulang, dirumah juga sudah ada lidi untuk menambah hukumannya, “ujarnya.
Dikatakan, untuk cara mengajar sudah diperbaharui, sebelumnya hanya lingkaran besar saat ini siswa sudah dibagi menjadi 4 kelompok, yaitunya kelompok Iqra awal satu, kelompok Iqra lancar, kelompok Al Qur’an awal, dan Al qur’an fasih. “Sebelumnya kami memakai Juz Amma untuk mengajar santri pemula, namun kini menggunakan Iqra,” ujar M St Sariali, Kamis (3/1).
Setiap kelompok belajar didampingi para senior yang sudah fasih, dan membantu guru untuk mengajar sebagai tempat bertanya para santri jika menemukan kesulitan saat membaca Al Quran. Jika kebanyakan MDA maupun TPA saat ini memulai proses belajar mengajar saat sore, di TPA Nurul Kkhlas proses tersebut dimulai setelah Magrib hingga selesai Isya berjamaah, hal itu bertujuan agar para murid dan orang tua bisa shalat berjamaah di surau sambil memantau perkembangan anak mereka.
Begitu juga dengan kegiatan khatam Al Qur’an, tidak ada perayaan khusus atau iring-iringan pawai khatam yang meriah seperti MDA atau TPA pada umumnya, tetapi di TPA Nurul Ikhlas, para santriwan dan santriwati yang belum khatam hanya membawa nasi serta lauk seadanya dari rumah mereka masing-masing, sedangkan orang tua santriwan dan santriwati yang telah mengkhatam kajinya membawa nasi rantang, kuliner wajib berupa singgang ayam dan lauk pauk lainnya untuk jamuan guru dan para tamu. (pry)
Komentar