Sejak Dulu Telah Dipraktikkan, Pancasila jadi Pakaian Rangminang setiap Hari

Fraksi PKS MPR RI Ir Tifatul Sembiring menggelar seminar bertajuk ”Bagaimana Orang Minang Mempraktikkan Pancasila dalam Kehidupan Sehari Hari”, di Istana Bung Hatta, Kota Bukittinggi

BUKITTINGGI, METRO–Pancasila yang terdiri dari lima sila sudah menjadi pakaian dalam kehidupan setiap hari bagi orang Mi­nang. Karena di Minang ini sudah memahami ”Adat Basandi Syarak, Sya­rak Ba­sandi Kitabullah (ABS-SBK), tentu hal tersebut tidak lepas dari tatanan kehidupan dalam memaknai Pancasila.

Menegaskan hal tersebut Fraksi PKS MPR RI yang diketuai Ir Tifatul Sembiring,  Sabtu pagi (23/10)  dalam seminar dengan mengusung tema ”Bagai­mana Orang Minang Mempraktekkan Pancasila da­lam Kehidupan Sehari ha­ri” di Istana Bung Hatta Bukittinggi.

Acara seminar dihadiri Gubernur Sumbar Mahyeldi, anggota MPR RI Fraksi PKS, Sekretaris Fraksi PKS MPR RI Johan Rosihan, Dapil NTB DR. Hermanto Dapil Sumbar, Drs, Chairul Anwar Dapil Riau, Wawako Bukittinggi, H Marfendi Dt Basa Balimo dan Ketua BPIP Periode 2018  Prof Yudi Latif dan Budayawan Ra­nah Minang Yus Dt Parpatiah.

Tifatul Sembiring mengatakan, polemik ucapan Ketua DPR RI, Puan Maharani menilai bahwa Orang minang tidak Pancasilais, entah dikarenakan orang Minang tidak mendukung Partai PDIP yang berlambangkan kepala Banteng itu atau apalah. “Tapi,yang jelas itu hanya perbedaan bahasa  atau gestur saja dan orang minang sudah biasa dengan sindiran, sehingga tahu makna di balik ungkapan,” ungkap Tifatul

Kemudian ia melihat pernyataan Puan tidak dibungkus dengan baik, sehingga menimbulkan satir pemahaman, dengan kasus tersebut akhirnya Puan semakin populer dengan sebutan “tek Puan” di Rangminang. ”Sekarang cukuplah jangan diperpanjang lagi. Bahkan, masih banyak lagi yang perlu dibahas dalam kerangka konsensus bingkai NKRI,” kata Tifatul.

Gubernur Sumbar Mah­yeldi menyampaikan, kegiatan ini sangat strategis,. Agar semua orang dapat melihat bahwa Rangminang tetap solid keberadaan pancasila selama ini diperbincangkan bahkan Rangminang tidak bisa dipisahkan ibarat aur dengan tebing. “Walaupun etnis Minang di Indonesia tercatat 4 persen namun bisa melahirkan tokoh -tokoh luar biasa dan hebatnya di Indonesia belum ada ditemui “kampung minang” seperti etnis lain, karna mereka mudah menyatu dengan masyarakat setempat,”ujarnya .

Ketua BPIP Periode 2018 Yudi Latif  mengatakan, Rangminang sangat banyak berkontribusi terwujudnya Pancasila, mulai dari yang merumuskannya, sampai kepada yang mempertahankannya, ma­ka Pancasila mana lagi yang kalian dustakan. “Orang minang benar-benar  penganut Pancasila sejati, tidak perlu diragukan, Pancasila dengan tiga kaki utamanya Agama, kebangsaan dan sosial ekonomi, semua tokoh setiap kaki yang berkontribusi berasal dari Minang.  Di Bidang Agama ada Agus Salim dan sebagainya, di bidang kebangsaan ada Bung Hatta dan banyak lagi yang lain di bidang sosial eko­nomi ada Syahrir dan Tan Malaka bersama tokoh-tokoh lainnya,” ujarnya.

Budayawan Yus Dt Parpatiah mengatakan, Rangminang telah melakukan sebelum orang lain me­mi­kirkannya. Jauh sebelum Pancasila ada orang Minang telah mengamalkan Pancasila secara utuh. Bu­tir Pancasila lengkap dengan pepatah petitih Minang dan ayat Al Quran yang menjelaskan detail Pancasila tersebut.

”Hanya saja hari ini kata beliau “Rangminang ibarat ikan yang hidup dalam tabek sampik, tubo diserak dari hulu, lukah dipasang dimuaro, jalo diserak di tangah-tangah, tangguak dibantang dari tapi” ini curhat kami kepada anggota MPR,” tutur Yus Dt Parpatiah

Wakil Walikota Bukittinggi Marfendi Dt Basa Balimo terima kasih telah memprakarsai seminar ini di Bukittinggi, tempat di­per­ta­hankannya Pancasila saat PDRI. Semoga stigma negatif tentang suku Minang jangan diungkit-ungkit lagi, sudah banyak sejarah dan contoh peran suku Minang ini dengan Pancasila.

Ketua LSM Bukittinggi DR Ryan Permana Putra hadir sebagai peserta me­ng­anggap acara ini mene­guhkan kembali Rangminang dan Pancasila tidak ada pertentangan justru dari 4 pendiri bangsa, 3 diantaranya Rangminang yang Bung Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka.

“ Jadi tak mungkin Rangminang tidak pancasilais. Hendaknya pemahaman Pancasila ha­rus juga diselaraskan dengan 4 pilar kebangsaan secara arif dan bijak terangnya,” ujar Ryan. (pry)

Exit mobile version