PARIAMAN, METRO
Pemerintah Kota Pariaman menata pedagang takjil di Pasar Pabukoan di Pasar Kurai Taji yang memaksakan diri berdagang selama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit mengatakan, alasan pedagang tersebut tetap berdagang karena permalasahan ekonomi, jadi pihaknya tata dengan mengatur jarak antar pedagang.
Ia mengatakan, Pasar Pabukoan di Pasar Kurai Taji tersebut merupakan satu-satunya lokasi menjual takjil yang diizinkan oleh Pemko Pariaman namun untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 pihaknya mengatur jarak antar pedagang.
Sedangkan pedagang takjil di Pasar Pariaman, lanjutnya merupakan pedagang yang biasanya berjualan di lokasi tersebut dan tidak dijadikan Pasar Pabukoaan seperti tahun-tahun sebelumnya karena adanya pembagunan Pasar Pariaman sehingga terkendala lokasi. “Kalau di Pasar Kurai Taji masih terdapat lokasi sehingga pedagang takjil bisa berdagang di sana,” katanya.
Selain menata pedagang takjil, kata dia Pemko Pariaman juga menata jarak antar meja pedagang di Los Lambuang karena lokasi itu sering dijadikan warga sebagai tempat nongkrong pada malam hari.
“Bapak-bapak sering nongkrong di sini saat malam, jadi sekarang kami tata mejanya dengan memberi jarak antara satu dengan meja lainnya,” ujarnya.
Ia meminta warga di daerah itu untuk menjaga jarak dan memakai masker saat transaksi jual beli guna mencegah penyebaran COVID-19.
Sementara itu, salah seorang pedagang takjil di Pasar Pabukoan di Pasar Kurai Taji Reni Anggaraini mengatakan ia terpaksa tetap berdagang selama penerapan PSBB karena permasalahan ekonomi.
“Apalagi jual beli ber-dagang takjil besar, bisa mencapai Rp2 juta per hari. Kalau saya tidak berdagang yang ganti pendapatan saya siapa?” ujar dia.
Ia mengatakan meskipun keuntungan berdagang takjil di pasar tersebut tidak sebesar dari tahun-tahun sebelumnya namun menurutnya sudah dapat membantu perekonomian keluarga dan sejumlah warga yang membantunya.
Ia menyampaikan meskipun pendapatannya berkurang namun dirinya tidak menaikkan harga takji dari tahun sebelumnya yaitu Rp5 ribu per porsi untuk minuman dan Rp6 ribu per porsi untuk gado-gado dan lontong.
Dari pantauan pedagang takjil di Pariaman tidak saja di Pasar Kurai Taji dan Pasar Pariaman namun juga di pekarangan rumah warga dan trotoar di daerah itu dengan berbagai makanan dan minuman. (z)


















