PADANG, METRO–Tahun 2016 ini, Provinsi Sumbar mendapat alokasi anggaran sebesar Rp100 miliar untuk pengembangan jalur kereta api. Anggaran tersebut, selain digunakan untuk menyelesaikan jalur Duku-Bandang Internasional Minangkabau (BIM) dan finishing stasiun railbus di BIM, juga digunakan untuk reaktivasi kembali beberapa jalur kereta api di Sumbar.
”Melalui anggaran tersebut, kita lakukan reaktivasi jalur kereta api Kayu Tanam-Padang Pandang, Panjang Pandang-Muaro dan Muaro-Muaro Kalaban,” ungkap Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Barat Sumatera (BTPWBS), Makjen Sinaga didampingi PPK Pengembangan Perkeretaapian Wilayah Barat, Bernard kemarin.
Namun dari beberapa kegiatan reaktivasi tersebut, prioritas utama pada 2016 ini, menyelesaikan jalur Duku-Bandang Internasional Minangkabau (BIM) dan finishing stasiun railbus di BIM. Karena pembangunan tersebut termasuk yang cukup lamban, mengingat pembebasan lahan yang sulit. ”Kita ingin tuntaskan pekerjaan lama, selesaikan jalur Duku-BIM, Agustus targetnya beroperasi. Ini cukup lambat, karena telah menghabiskan waktu 4 tahun,” ujarnya.
Sementara peningkatan dan reaktivasi seperti jalur, Padang Panjang-Muaro Kalaban, menurutnya, memerlukan dukungan dari pemerintah daerah. Apalagi ribuan titik rel kereta api di Sumbar sudah beralih fungsi menjadi bangunan masyarakat. Meski begitu, dia optimis, karena secara hukum dan aturan lahan tersebut masih milik PT KAI.
Dari data BTPWBS kondisi rel yang rumit akan diselesaikan itu ada pada sepanjang Muaro Sijunjung-Silungkang-Logas. Karna sudah menjadi jalan raya dan tergerus sungai.
Diperkirakannya, dengan aktifnya kembali rel kereta api di Sumbar maka moda transportasi tersebut akan menjadi alat transportasi yang sangat hemat. Selain itu juga mendukung sistem perdagangan di Sumbar.
Setidaknya mengelilingi Sumbar dari Padang-Kayu Tanam-Padang Panjang-Batu Taba-Solok-Sawahlunto hanya membutuhkan waktu 4 jam. Itupun jika ditempuh dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam.
Sementara waktu yang lambat hanya pada Kayu Tanam-Padang Panjang, dengan kecematan 20 km/jam. Sebab menggunakan jalur bergigi. ”Dengan aktifnya jalur itu, kita yakin jumlah kendaraan di jalan akan drastis berkurang. Jadi sebenarnya sungguh hemat dan cepat menggunakan kereta api,” ujarnya.
Mengaktifkan kembali jalur di Sumbar tersebut merupakan bagian dari program jalur Trans Sumatera, menghubungkan Aceh-Lampung dengan kereta api. Khusus di Sumbar hanya tinggal mengkoneksikan dengan Riau sepanjang 150 km lagi. Dengan itu, maka Sumbar sudah terkoneksi dengan Trans Sumatera.
Perlintasan Liar
BTPWBS juga mengingatkan Pemko Padang terkait dengan perlintasan liar yang terlalu banyak di Kota Padang. Kondisi itu sangat rawan kecelakaan, serta mengganggu optimalisasi fungsi railbus yang rencananya dijalankan pada Agustus 2016. “Ini perlu menjadi perhatian Pemko Padang, karakter kereta yang melayani Padang-BIM sangat berbeda dengan karakter kereta reguler yang melayani Padang-Padang Pariaman,” sebutnya.
Speksifikasi railbus Padang-BIM jauh lebih tidak bising, kecepatannya bisa 80 km/jam. Sementara kereta reguler Padang-Padang Pariaman kecepatannya hanya 20 km/jam. “Jika itu dioperasikan kita yakin sangat rawan, kalau tidak diatasi maka pemanfaatannya menjadi tidak optimal, kalau tidak cepat keretanya jadi juga tidak bermanfaat, karena orang butuh cepat,” ulasnya. (fan)
Komentar