MENTAWAI, METRO -Pihak Stasiun Pengisiaan Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Doisokoinan, Kecamatan Sipora Utara (Tuapejat) memastikan stok BBM jenis Premium tidak kosong sama sekali dan masih tersedia di tingkat penyalur resmi. Namun, faktor cuaca terkadang berdampak terjadi keterlambatan kapal pengangkut BBM selama tiga sampai empat hari, sehingga mengakibatkan terjadi sedikit kelangkaan.
Direktur PT Primata Saibi Jaya, pengelola SPBU Sipora Utara, Kristinus Andre Satoko SE, MSi mengatakan, kelangkaan BBM jenis Premium di wilayahnya hanya beberapa hari saja. Meskipun terlambat, BBM tidak pernah kosong sama sekali, karena masih ada beberapa lembaga penyalur resmi yang memiliki stok BBM.
“Stok BBM tidak akan pernah kosong. Kita untuk wilayah Sipora Utara memiliki beberapa lembaga penyalur resmi sebagai perpanjang tangan SPBU. Penyalur resmi ada setiap jarak 5 kilometer untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari SPBU, sehingga sangat membantu dan memudahkan masyarakat yang ingin mengisi BBM,” kata Andre.
Andre menjelaskan terkait keberadaan penyalur resmi, hal itu sudah sesuai dengan aturan pemerintah, dan mereka sudah terdaftat di pemerintah yang memiliki izin, kontrak dan kerjasama. Untuk tingkat pengecer, biasanya akan membeli BBM di tingkat lembaga penyalur, karena SPBU tidak akan melayani pengisian menggunakan jeriken.
“Kita di SPBU hanya melayani kendaraan bermotor dan penyalur resmi. Kalau pengecer biasanya akan membeli pakai jeriken, jadi kita tidak layani. Tapi, kalau memang yang jauh, kita akan layani tetapi kita atur atau dibatasi jumlahnya. Mereka bisanya membeli di tingkat penyalur. Untuk tingkat penyalur, harga jual BBM Premium dibatasi, dengan harga paling tinggi Rp 8 ribu,” ungkap Andre.
Untuk wilayah Sipora Utara, Andre menjelaskan, pihaknya mendapatkan pasokan BBM dari Terminal BBM Bungus sebanyak dua sampai tiga kali dalam sebulan. Untuk pasokan Premium, sekali pengiriman 20 sampai 30 ton. BBM dikirimkan ke Sipora Utara melalui jalur laut menggunakan kapal. Dalam pengiriman, merupakan hal yang wajar terjadi keterlambatan yang disebabkan adanya faktor cuaca.
“Kalau cuaca buruk, memang kapal pengangkut BBM tiba di Sipora Utara tidak sesuai jadwal. Inilah, yang kadang ada kelangkaan beberapa hari saja. Kalau kosong sampai berbulan-bulan itu tidak benar. Kalau terlambat memang ada. Untuk kuota, dipastikan memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkap Andre.
Andre menegaskan wilayah Sipora Utara saat ini semakin berkembang dan maju. Sehingga jumlah kendaraan meningkat, sementara pasokan BBM jumlahnya masih tetap. Kalau untuk BBM Premium, kuotanya memenuhi, namun untuk Bio Solar tidak mencukupi mengingat pasokan satu bulan hanya 20 ton, sementara kebutuhan masyarakat mencapai 50 ton.
“Bio Solar kebutuhannya untuk kendaraan dan transportasi laut, karena memang wilayah kita kepulauan. Sementara pasokan untuk Sipora Utara tidak mencukupi. Harapan kita, agar tidak terjadi kelangkaan, ke depan transportasi BBM lebih maksimal lagi bila perlu ada penambahan armada lagi. Atau Pertamina membuka cabang Depo di Sipora,” pungkasnya. (rgr)