Warga Korban Banjir Belum Tersentuh Bantuan

PASAMAN, METRO–Empat hari pascadihantam banjir, sejumlah warga Tanjung Alai, Nagari Lansekkadok, Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman mengaku belum mendapatkan bantuan apapun. Padahal, wilayah mereka merupakan daerah paling parah terdampak bencana banjir. Rumah penduduk setempat masih terendam luapan sungai Batang Sumpu.
Sebanyak 257 kepala keluarga (KK) masih mengungsi ke rumah kerabat dan tempat aman lainnya, karena banjir tak kunjung surut. ”Hingga hari ini, belum ada bantuan apa-apa. Baik beras ataupun bantuan lainnya dari pemerintah. Yang datang banyak, tapi cuma foto-foto,” ujar Eri Afrizal dan sejumlah warga lainnya, Rabu (10/2).
Warga hanya mendapatkan empat bungkus mie instan. Itu pun, kata dia, bersumber dari bantuan perorangan, salah seorang warga di daerah itu. ”Kami cuma dapat empat bungkus mie instan, Alimi. Lebih dari itu tidak ada,” kata dia.
Ia mengatakan, sejumlah rumah penduduk setempat masih terendam banjir. Ketinggian air, kata dia, masih mencapai 80 centimeter. Bahkan, anak SD terpaksa diliburkan akibat banjir masih merendam sekolah itu. ”SD Negeri 11 Kampung Tujuh masih terendam. Anak sekolah masih diliburkan. Baru besok rencananya goro bersama dilakukan,” ujarnya.
Ia dan sejumlah warga lainnya berharap, agar pemerintah setempat segera mendistribusikan bantuan sembako ke wilayah tersebut. Pasalnya warga sudah tidak bisa bekerja untuk beberapa hari ke depan. “Kami harap begitu, bantuan segera datang, utamanya beraslah. Sebab, persediaan beras sudah menipis, adapun sudah direndam banjir,” katanya.
Pantauan POSMETRO, untuk Kecamatan Rao Selatan, ratusan rumah warga masih terendam, air masih menggenang pemukiman warga setempat. Seperti, di Tanjung Alai, Nagari Tanjung Betung dan Tanjung Durian, Nagari Lansekkadok sekitar 257 unit rumah terendam. Mengakibatkan perkampungan itu terisolir.
Sementara di Kampung Pancah, Nagari Lubuk Layang 37 unit rumah terendam, Muara Gondang baru 50 unit rumah, Muara Gondang lama 50 rumah. Perkampungan tersebut masih terisolir, karena belum bisa diakses via darat. Sejumlah warga korban bencana banjir pun sudah mulai mengeluhkan sakit, seperti kulit, diare dan ISPA.
Camat Rao Selatan, Dahrizal membenarkan keluhkan warganya tersebut. Menurut Dahrizal, bahwa warganya belum satu pun mendapatkan bantuan sembako. Padahal, kata Dahrizal, warga belum bisa beraktivitas karena banjir masih merendam. ”Betul itu, memang belum ada. Kendalanya kita kurang tahu dimananya yah,” ungkap Dahrizal.
Sementara, Kalaksa BPBD Pasaman M Sayuti Pohan mengatakan, sebanyak 559 kepala keluarga (KK) di tiga kecamatan di Pasaman, masih terisolasi akibat bencana banjir menghantam wilayah itu, Minggu (7/2) lalu. “Muara Gondang, Muara Gondang Lama, Tanjung Alai, Nagari Tanjung Betung, Tanjung Beriang, Lansekkadok, Pangian dan Muaro Seilolo, Mapattunggul, masih terisolir,” kata Kepala BPBD Pasaman, M Sayuti Pohan.
Ia mengatakan, air masih menyisakan ketinggian hingga mencapai 80 cm. Akibatnya, kata Pohan, warga masih enggan pulang ke rumah. Namun, sebahagian warga lagi sudah berani pulang untuk sekedar bebersih. ”Mereka pulang untuk bersih-bersih, namun malam mengungsi lagi,” tandasnya.
Dari hitungan BPBD Pasaman, kerugian akibat bencana banjir dan tanah longsor di wilayah itu mencapai Rp25 hingga Rp30 miliar. Sayuti Pohan mengatakan, peristiwa itu merupakan bencana terparah sepanjang sejarah daerah itu. Dikatakan, sejumlah alat berat sudah diterjunkan ke lokasi bencana. “Satu unit alat berat sudah kita terjunkan mengeruk material pasir di sungai Batang Lambak dan Lundar, agar tidak menerpa pemukiman warga,” ujarnya. Ia mengakui, bahwa pihaknya baru menyalurkan bantuan berupa sembako untuk warga korban bencana banjir di Lambak. (y)

Exit mobile version