PESSEL, METRO – Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan menjadi prakarsai kegiatan Sumarak Pesisir Selatan “ tabang manumpu hinggok mancakam”. Acara tersebut digelar Sabtu, 14 -16 September 2019, dipusatkan di Kenagarian Lumpo, Kecamatan IV Jurai, dibuka langsung Bupati Pessel. H.Hendrajoni.
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki keunikan dan keragaman budaya. Kebudayaan yang sudah ada sejak dulu itu sudah selayaknya dijaga dan dilestarikan. Jangan sampai generasi muda Pesisir Selatan tak mengenal lagi apa saja budaya yang telah diwariskan oleh para pendahulu mereka.
Dari sisi kesenian musik, Pesisir Selatan punya Rabab Pasisia atau yang lebih dikenal dengan babiola. Rabab ini merupakan budaya asli dari negeri Pesisir Selatan dimana eksistensinya perlu ditingkatkan agar tetap kental dihati masyarakat. Kemudian ada Randai, Tari, Tradisi adat dan istiadatnya yang beragam di setiap kecamatan.
Guna melekatkan budaya lokal dihati masyarakat, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperkuatnya dengan sejumlah agenda Festival Kebudayaan.
Selain dihadiri Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni juga dihadiri Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Ninik Mamak, Bundo Kandung serta Walinagari dan Camat Se Kecamatan IV Jurai . Terlihat juga sejumlah guru kesenian yang ikut menyumarakkan kegiatan budaya itu. Pembukaan ditandai dengan prosesi adat “malakok” atau “tabang manumpu hinggok mancakam”.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir S
elatan, diwakili oleh Sekretaris, Suhendri menjelaskan, pelaksanaan iven Sumarak Pesisir Selatan merupakan rangkaian dari kegiatan Festival Langkisau yang rutin diadakan setiap tahunnya. Dimana pada Sumarak Pesisir Selatan tersebut terdapat kegiatan kebudayaan yang dikemas dalam bentuk festival. Seperti festival randai, tari tradisi, pawai budaya serta lomba lagu minang.
Suhendri mengatakan Disdikbud Pessel juga berupaya untuk mengintegrasikan antara pendidikan dan kebudayaan melalui sekolah-sekolah. Upaya itu lanjutnya demi meningkatkan pengetahuan budaya selaras dengan kelestariannya. Generasi milenial adalah pewaris dari keberagaman budaya. Dimana budaya tidak akan lestari bila masyarakat dan generasi muda acuh dan tak peduli.
Oleh justru itu, Suhendri berharap besar budaya di Pesisir Selatan tetap terawat dan dilestarikan. Tentu saja dalam upaya mendorong pelestarian budaya katanya disupport oleh anggaran. Sehingga iven yang berkaitan dengan kebudayaan semakin sering dilaksanakan.
Sementara, Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni menuturkan generasi milenial harus mampu memperkuat kebudayaan yang ada. Sebab tumpuan harapan ada pada mereka untuk terus eksis dengan keberagamannya.
“Dengan menggelar Festival Budaya itu, masyarakat dan anak-anak muda mengetahui dan mencintai budaya mereka,” ujarnya.
Dikatakannya, pelaksanaan sumarak Pesisir Selatan dan pemilihan duta budaya sengaja dipusatkan di nagari tidak di hotel atau pusat kota. Hal ini dimaksudkan agar sumarak Pesisir Selatan dapat membangkitkan nilai nilai budaya yang ada di tengah tengah masyarakat.
Terangnya, Festival Budaya yang pertama kali digelar di Kenagarian Lumpo akan berlanjut dan dicontoh oleh Kenagarian lainnya di Pesisir Selatan. Bahkan ia menegaskan seluruh nagari akan menggelar iven budaya yang sama sebagai bukti pemerintah daerah serius untuk menjaga dan melestarikan budaya.
“Iven Festival Budaya ini nantinya tidak hanya di Lumpo saja, tetapi juga diselenggarakan di seluruh Nagari di Pesisir Selatan”ujarnya.
Bahkan lanjutnya, keberagaman budaya dinegeri sejuta pesona ini bakal dipentaskan dan diperlombakan dengan memilih masing-masing duta budaya di setiap kecamatan. “Upaya yang kita lakukan ini tak lain bagaimana budaya-budaya di Pesisir Selatan terus eksis dan berkembang,”ulasnya.
Sebagaimana diketahui Tujuh karya budaya dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapannya dilakukan di Jakarta pada 13-16 Agustus 2019. Tujuh warisan budaya tak benda yang ditetapkan tersebut antara ialah Babiola, Tari Benten, Tari Sikambang Manih, dan Tari Kain yang masuk ke dalam domain seni pertunjukan.
Sementara, Anak Balam dan Badampiang masuk ke dalam domain tradisi dan ekspresi lisan, kemudian Patang Balimau masuk ke domain adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan.
“Mari kita jaga dan rawat budaya kita ini sebagai ciri khas keunikan dan keberagaman masyarakat dengan segala adat dan istiadatnya”tutupnya.(rio)
Komentar