Kenali Potensi Gempa dan Tsunami sejak Dini

PARIAMAN, METRO – Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono pada pembukaan Sekolah Lapang Geofisika (SLG) tahun 2019 di Pariaman menyampaikan seluruh wilayah di Indonesia berpotensi terjadinya tsunami. Untuk itu, masyarakat harus mengenali potensi bencana gempa dan tsunami sejak dini.
Saat gempa bumi kuat, segera menjauhi pantai dan jangan hanya menunggu warning dari pemerintah.
Menurut Rahmat, potensi tsunami tersebut tidak hanya di Pariaman, pantai barat Sumatera, tapi juga seluruh Indonesia memiliki potensi bencana tsunami.
Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi, pasti didahului oleh bencana gempa. Sedangkan tsunami di Selat Sunda beberapa waktu tidak didahulu gempa, karena disebabkan oleh tektonik, letusan gunung.
“Hingga kini belum ada satu orangpun yang mampu menjawab kapan terjadinya gempa dan tsunami, serta berapa kekuatan gempa yang bakal terjadi. Gempa kecil-kecil sering terjadi,” tutur Rahmat.
Kata Rahmat, di kawasan pantai, terjadinya bencana gempa merupakan warning terhadap bencana berikut, tsunami. Ketika terjadi gempa yang kuat, maka jangan menunggu warning untuk menjauhi pinggir pantai. Karena warning dari pemerintah melalui alat sirene BPBD membutuhkan waktu 5 hingga 10 menit dari gempa ke Tsunami.
Padahal rentang waktu gempa bumi terjadi ke tsunami tersebut berkisar 20-30 menit.
Dengan selisih waktu tersebut, masyarakat yang tinggal di pinggir pantai bisa secepatnya menjauhi pantai dan mencari lokasi ketinggian sementara waktu.
Selanjutnya, rentang waktu 20 – 30 menit tersebut jika pusat gempa berada di sebelah barat kepulauan Mentawai. Bagaimana dengan kondisi pusat gempa berada antara pulau Sumatera dengan Kepulauan.
Itu akan semakin pendek jarak waktu gempa dengan tsunami. Jika sudah melewati waktu 1 – 2 jam tidak terjadi tsunami, maka gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Dalam sejarah gempa dan tsunami di Indonesia, memang sudah terjadi. Di Sumatera Barat ada tiga potensi gempa bumi.
Yakni sesar megatrus, sesasar Mentawai dan sesar Sumatera Barat yang berada di darat. Gempa di darat memang tidak menimbulkan tsunami, namun kerusakan bangunan banyak. Sedangkan pusat gempa di laut, kerusakan bangunan tidak parah, namun berpotensi tsunami yang juga menimbulkan korban.
Karena tidak ada yang mampu memastikan terjadinya gempa dan tsunami, kata Rahmat, maka masyarakat diminta mengenali potensi bencana tersebut. Bagaimana menghadapi terjadinya bencana. Masyarakat yang membangun, buatlah bangunan tahan gempa.
Sekolah Lapang Geofisika dibuka Wakil Walikota Pariaman Mardison Mahyuddin, berlangsung Rabu-Kamis Juni 2019. Turut memberi laporan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman Junaidi. (z)

Exit mobile version