PDG. PARIAMAN, METRO–Buku “Nia Kurnia Sari , Gadis Penjual Gorengan yang Menggemparkan Dunia”, ditulis Armaidi Tanjung berhasil mengangkat orang kecil menjadi besar karena peristiwa tragis yang dialaminya. Semua fakta terdokumentasi dengan baik sehingga pembaca bisa mendapat gambaran dari sosok Nia dan peristiwanya. Demikian terungkap dari diskusi buku “Nia Kurnia Sari (27 Februari 2006 – 6 September 2024), gadis penjual gorengan yang menggemparkan dunia
Tampil sebagai pembicara Sekretaris Jenderal DPP SatuPena Indonesia Dr. Satrio Arismunandar dan Pengasuh Pesantren Bustanul Yaqin Lubuk Alung Padang Pariaman Dr. H. Rahmat Tuanku Sulaiman, S.Sos, M.M yang juga Ketua Senat Universitas Taman Siswa Padang. Penasihat SatuPena Sumbar yang juga Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar Prof. Dr. Fauzi Bahar, Datuak Nan Sati, yang membuka diskusi buku tersebut.
Fauzi mengatakan betapa pentingnya sebuah peristiwa ditulis, karena akan menjadi bukti kelak kemudian hari. Fauzi Bahar menyebutkan, tokoh Nia layak dijadikan tokoh anak remaja. Selama ini yang ada hanya tokoh dewasa. Buku ini dijadikan contoh bahwa anak remaja juga bisa dijadikan tokoh. Nia jadi tauladan, contoh tokoh bagi anak-anak. Sehingga diskusi buku ini penting untuk mengupas apa yang ditulis Armaidi Tanjung. Ikut memberi sepatah kata Ketua DPD SatuPena Sumbar Sastri Bakry. Hadir Daniel Dubrov, Atase Perdagangan dan Ekonomi Bulgaria, penulis, guru dosen, penyair, sastrawan dan tokoh-tokoh budaya dari berbagai daerah, termasuk dari Jerman.
Satrio Arismunandar mengatakan, sangat patut kegiatan ini diapresiasi karena membicarakan karya buku. Nia bukanlah siapa-siapa, tidak dikenal sebelumnya. Kemudian terjadi peristiwa yang tragis menimpanya. Sesuatu peristiwa atas kehendak Allah. Setelah meninggal dengan tragis, justru cita-citanya tercapai. Yakni membahagiakan keluarganya. Peristiwa Nia ini ada kemiripan dengan pengemudi ojek online Affan Kurniawan, korban tabrak kendaraan taktis (Rantis) Brimob yang tewas 28 Agustus 2025 lalu. Mereka orang biasa, bukan siapa-siapa, setelah mengalami peristiwa tragis menjadi terkenal. “Bayangkan, kata isteri saya, ribuan orang, pengemudi ojek online mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya Affan. Amalan apa yang dilakukan setiap hari?”.
Selanjutnya Satrio yang mantan wartawan Harian Kompas dan pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tahun 1994 ini mengatakan informasi dan berita yang terjadi pastilah simpang siur. Antara kebenaran dan kesalahan bercampur aduk. Sehingga terjadi kabut informasi. Ada peran penulis untuk menelusuri mana informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Armaidi Tanjung sebagai seorang jurnalis, melakukan penulisan buku ini dengan pendekatan jurnalistik. Ini kekuatannya dalam buku ini, sehingga isi buku ini bukan hanya ucapan-ucapan dari sumber yang diwawancarai. Buku ini juga dilengkapi dengan data Nia yang lebih lengkap, seperti piagam, rapor, keterangan dari sekolahnya sebagai lembaga pendidikan resmi.















