SOLSEL, METRO–Kelompok Pecinta Alam (KPA) Winalsa di Kabupaten Solok Selatan bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat tengah mengembangkan budidaya magot sebagai langkah inovatif dan ramah lingkungan untuk mengelola limbah organik sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.
Kegiatan ini berlangsung di Pondok Belajar Pertanian milik WALHI Sumbar yang berlokasi di Sukabaru, Jorong Bukik Malintang Utara, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Solok Selatan.
Hendri Syarief, Ketua KPA Winalsa Solok Selatan, menjelaskan bahwa budidaya magot bukan hanya sebagai metode penguraian sampah organik secara alami, tetapi juga sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
“Magot memiliki banyak fungsi, mulai dari mengurangi sampah rumah tangga hingga menyediakan pakan ternak berkualitas. Ini juga bisa menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat desa,” ungkap Hendri saat ditemui di lokasi budidaya pada Kamis, (28/8).
Magot ini mampu mengonsumsi berbagai limbah organik seperti sisa makanan, sayuran, buah, dan bahkan kotoran ternak. Satu kilogram magot mampu menghabiskan antara 2 sampai 3 kilogram sampah organik setiap hari. Selain itu, residu dari aktivitas magot dikenal sebagai kasgot, yakni pupuk organik kaya nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
















