Nurmatias menambahkan, WTBOS pada 6 Juli 2019 diusulkan dan ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO. Selama enam tahun setelah ditetapkan menjadi warisan dunia, dilakukan inisiasi menginformasikan WTBOS yang jalur kereta apinya melalui delapan kabupaten kota di Sumbar. Dengan adanya kegiatan simposium ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat dunia terkait WTBOS ini. Sehingga dapat menggugah semangat bersama mengembangan WTBOS jadi modal pelestarian budaya dan daya tarik wisata masyarakat dunia.
Pada simposium nanti, selain sesi diskusi, terang Nurmatias, peserta akan mengikuti kunjungan lapangan ke sejumlah titik penting di kawasan tambang Ombilin dan berdialog langsung dengan masyarakat. “Dengan adanya kunjungan ke lapangan, menjadikan simposium tidak hanya sebagai forum ilmiah semata, tetapi juga ruang refleksi dan aksi nyata,” ujarya. Nurmatias juga berharap pada kegiatan simposium juga menghasilkan Dokumen Sawahlunto sebagai bagian rekomendasi dan rencana tindaklanjut pembentukan badan pengelola WTBOS. “Dokumen tersebut nantinya menjadi pijakan penting dalam pengelolaan situs warisan budaya dunia ke depannya,” harapnya.
Dewan Pengarah Kegiatan We Are Site Managers International Symposium, Sudarmoko mengatakan, sebelum digelarnya perhelatan symposium, telah digelar Galanggang Arang, yakni, program penguatan ekosistem objek kemajuan kebudayaan di sepanjang jalur dan daerah tambang WTBOS. “Pelaksanaan simposium yang bakal dihadiri pengelola warisan dunia, menghadirkan 35 narasumber. Termasuk perwakilan dari UNESCO dan komite yang bertugas merancang pengusulan warisan dunia ke UNESCO,” terangnya.
Tujuan kegiatan simposium, terangnya, mempromosikan WTBOS kepada dunia. Selain itu membangun jaringan yang kuat antara warisan dunia. “Sekarang WTBOS belum ada pengelola. Tapi skema pengelolaan sudah ada. Bisa sekber atau pihak swasta yang mengelola nantinya,” terangnya. Hasil yang diharapkan dari simposium ini, tambahnya, akan ada Dokumen Sawahlunto untuk mendorong membentuk badan pengelola dan pengelolaan warisan budaya dunia di Indonesia. Juga ada publikasi makalah dan membangun jejaring dan lainnya.
Terkait rangkaian kegiatannya, pada tanggal 23 Agustus nanti peserta hadir dan pada malam harinya mengikuti resepsi jamuan makan malam di Istana Gubernur Sumbar. Pada tanggal 24 Agustus, peserta menuju perjalanan ke Sawahlunto. Sebelumnya peserta singgah ke Stasiun Kereta Api di Kayu Tanam dilanjutkan ke Stasiun kereta Api di Padang Panjang. Kemudian peserta melanjutkan perjalanan ke Sijunjung dengan singgah ke Kampung Adat yang sudah masuk dalam list UNESCO untuk diusulkan menjadi warisan budaya dunia. Kemudian, peserta menuju Sawahlunto untuk pembukaan acara We Are Site Managers International Symposium di Rumah Dinas Wali Kota Sawahlunto. (fan)
















