PADANG, METRO–SMP Negeri 30 Padang kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan budaya literasi. Komitmen tersebut berupa peluncuran program inovatif bernama “JOKLIDOR” (Pojok Literasi Outdoor).Program ini merupakan bagian dari upaya sekolah untuk mengoptimalkan gerakan literasi yang telah berjalan selama lebih kurang 3 tahun. Program literasi di SMP Negeri 30 Padang tidak hanya berfokus pada lingkungan sekolah, tetapi juga melibatkan peran orang tua dan keluarga.
Sekolah rutin mengadakan penyuluhan dan bimbingan kepada murid dan orang tua untuk menciptakan keluarga yang gemar membaca.
“Kami memahami bahwa budaya literasi tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan lingkungan sekolah.Keterlibatan keluarga dalam menciptakan pojok-pojok baca yang nyaman di rumah juga sangat penting,” ungkap Kepala SMP Negeri 30 Padang, Revianti,M.Pd, Rabu (16/7).
Disebutkan, Revianti program JOKLIDOR lahir dari ide kreatif untuk memanfaatkan sudut ruang yang selama ini tidak terpakai atau terbengkalai di lingkungan sekolah.
Pihak sekolah melihat ada beberapa pojok dan area yang tidak termanfaatkan dengan baik. Kemudian kami berpikir,mengapa tidak kita sulapmen jadi pojok literasi outdoor yang nyaman dan menarik bagi murid.
Sudut sekolah yang sebelumnya kosong dan tidak terpakai, kini telah diubah menjadi area baca yang nyaman dengan konsep outdoor, memberikan suasana berbeda dari ruang baca konvensional di dalam kelas atau perpustakaan.
Program pojok literasi ini dikembangkan di tiga lokasi strategis yang disesuaikan dengan tingkatan kelas. Pojok literasi untuk kelas 7 berada di bagian depan sekolah. Pojok literasikelas 8 ditempatkan di samping masjid, sementara pojok literasi kelas 9 berlokasi di belakang ruang guru.
Penempatan yang strategis ini memudahkan akses murid sesuai dengan tingkatan kelas masing-masing.
Hal menarik dari program JOKLIDOR ini adalah pelibatan murid secara langsung dalam proses pembuatan dan pengembangan pojok literasi. Setiap tingkatan kelas mengerjakan pojok literasi mereka dengan penuh kreativitas dan swadaya.
“Murid membawa barang-barang tidak terpakai dari rumah untuk dimanfaatkan dalam pembuatan pojok literasi yang menarik,” sebut Revianti.















