PADANG, METRO–Sejak bulan November 2024 hingga awal Januari 2025, tim Dinas Peternakan Sumbar menemukan sebanyak 103 kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Ironisya, sebanyak 770 sapi terpapar.
“Sementara upaya yang dilakukan pihak Dinas Peternakan Sumbar sudah melakukan vaksin sebanyak 20 ribu dosis. Bahkan minggu ke tiga tahun ini puncaknya untuk menyabut Ramdhan hingga Hari Raya kurban kita sudah melakukan upaya,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan Veteriner, M. Kamil, kepada POSMETRO kemarin.
Untuk menyikapi kasus ini, kita memiliki tim sebanyak 350 orang petugas yang ada di masing maing wilayah di Sumbar. Dari 770 ternak yang terjaingkit PMK itu kini sduah ada 142 ekor yang sudah sembuh dan sisanya masih dalam perawatan kita.
“Nah untuk menghambat kasus ini di Sumbar, maka kita sudah melakukan kordinasi dengan pihak terkait meewaspadai lalulintas hewan yang terjangkit PMK masuk ke Sumbar,” terang Kamil.
Saat ini kata Kamil, kasus tersebut tersebar di 35 kecamatan pada 12 kabupaten/kota, menurut laporan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Veteriner, M. Kamil, mencatat laporan melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNAS) bahwa kasus ini tersebar di berbagai daerah, termasuk Agam, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Tanah Datar,” ujar Kamil.
Tim Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah turun ke lapangan untuk memeriksa kondisi ternak dan memberikan penanganan sesuai prosedur. “Pemeriksaan dilakukan langsung ke lokasi-lokasi yang terdeteksi. Hasil pemeriksaan akan diumumkan beberapa hari ke depan,” jelas Kamil. Dinas Peternakan mengimbau peternak untuk segera melaporkan jika ada ternak yang menunjukkan gejala klinis PMK seperti lepuh pada mulut atau kuku, demam, dan penurunan nafsu makan. Selain itu, penting untuk menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, peternak, dan masyarakat, diharapkan wabah PMK dapat segera dikendalikan untuk mencegah dampak lebih luas pada sektor peternakan di Sumatera Barat.
Sapi dari Aceh, Medan dan Riau Diduga Bawa Virus PMK
Sementara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumbar mengungkapkan bahwa PMK yang menyerang sapi di Sumbar diduga berasal dari luar provinsi. Namun itu hanya dugaan saja.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Veteriner, M. Kamil, memastikan bahwa sapi-sapi tersebut tidak berasal dari impor luar negeri, melainkan hasil perdagangan antarprovinsi. “Sampai saat ini, tidak ada sapi impor masuk ke Sumbar. Yang ada adalah sapi-sapi dari luar provinsi seperti Aceh, Medan, dan Riau,” kata Kamil.
Menurut investigasi awal, virus PMK diduga berasal dari sapi yang sedang dalam masa inkubasi sebelum masuk ke Sumbar melalui pasar ternak.
Beberapa pasar ternak utama di Sumbar, seperti Palangki di Sijunjung, Muaro Paneh di Solok, dan Tanah Datar, menjadi pusat perdagangan regional. “Kasus pertama PMK di Sumbar pada 2022 berasal dari sapi yang transit melalui Aceh, Medan, dan Riau sebelum masuk ke pasar ternak Palangki,” tambah Kamil.
Kamil menjelaskan bahwa program vaksinasi yang sempat terhenti pada pertengahan 2023 berkontribusi pada penurunan kekebalan ternak, sehingga memungkinkan kasus baru bermunculan. Meski sebagian besar sapi yang terinfeksi pada November 2024 telah sembuh, munculnya kembali kasus baru perlu ditangani serius. “Virus PMK yang masih bersirkulasi dan sapi yang masuk dalam kondisi inkubasi memicu kembali munculnya kasus,” jelas Kamil.
Dinas Peternakan terus berupaya meningkatkan langkah-langkah pencegahan, termasuk pengawasan ketat pada perdagangan antarprovinsi dan melanjutkan program vaksinasi. “Edukasi kepada peternak juga dilakukan agar lebih waspada terhadap gejala klinis PMK dan segera melaporkan temuan kasus,” tegas Kamil. (ped)