TANAHDATAR, METRO –”Padang banamo Panyariangan, Disinan Batu Tigo Sakato. Anak Dipangku jo Pancarian, Kamanakan Dibimbiang jo Pusako”. Ungkapan pribahasa menurut hukum adat Minangkabau ini mengandung makna tugas seorang laki-laki di Minangka bau. Bahkan bukan sekedar tugas, melainkan sekaligus dengan apa tugas itu dilakukan. Malah bagaimana cara melakukannya sudah diatur oleh pepatah hukum adat itu. Demikian antara lain dikatakan tokoh adat Minangkabau Sutan Syahril Amga. Dt.Rajo lndo, S.H, M.H, Senin (20/1) di Batusangkar.
Menurut Dosen hukum adat universitas Muhammadiyah tersebut bahwa di Minang Kabau ada 2 kelompok besar atas harta, pertama harta pencaharian dan yang kedua harta Pusako. Harta pencarian diuntukan bagi anak. Sementara harta Pusako untuk membimbing Kamanakan.
Dijelaskan ketua majelis tinggi kerapatan adat alam Minangkabau (MT-KAAM) Luhak nan Tuo ini, harta pencarian itu jelas asal muasal dan cara mendapatkan harta itu dan posisinya tergolong kepada harta pusako randah menurut hukum adat Minangkabau.
Harta pusako tinggi adalah harta yang diterima secara turun temurun. Harta pusako tinggi ini turunnya sebagaimana di atur oleh ketentuan adat yang dijelaskan pepatah hukum yang berbunyi.
‘Biriak-biriak tabang ka-sasak, dari sasak ka halaman, patah sayok tabang baranti, basuo di Tanah Bato. Dari Nyinyiak turun ka Mamak dari Mamak turun ka-Kamanakan, Sako jo Pusako baitu aturannyo,” katanya
Komentar