Sepanjang 2024, 136 Kejadian Bencana Alam di Pasaman, Kerusakan Materil Ditaksir Rp18,8 Miliar

PASAMAN, METRO–Badan Penanggula­ng­an Bencana Daerah (BP­BD) Kabupaten Pasaman, Su­matera Barat, melaporkan total kerusakan materil akibat bencana alam sepanjang tahun 2024 mencapai Rp18,8 miliar. Kerusakan ini didominasi oleh sektor infrastruktur yang terimbas bencana alam.

Menurut Plt. BPBD Pasaman, Dedi, yang diwakili oleh Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Donny, sektor yang paling terdampak adalah infrastruktur. “Total kerusakan materil di Pasaman sepanjang tahun 2024 sekitar Rp18.839.450.000,- dengan kerusakan terbesar pada infrastruktur. Kami terus melaporkan kerusakan ini ke BNPB Pusat untuk mendapatkan tindak lanjut,” ungkap Donny, Rabu (15/1).

Bencana yang terjadi di Pasaman pada tahun 2024 didominasi oleh banjir dan tanah longsor, yang me­nyebabkan kerusakan pada jalan, jembatan, bangunan seperti rumah warga, sekolah, puskesmas, serta fasilitas umum lainnya. Selain itu, banjir dan longsor juga menimbun areal pertanian dan sawah yang menyebabkan gagal panen.

Meskipun demikian, Donny mencatatkan bahwa total kerusakan materil mengalami penurunan di­bandingkan dengan tahun 2023, di mana kejadian bencana alam juga menurun. “Jumlah kejadian bencana banjir dan longsor lebih rendah di­bandingkan ta­hun 2023,” kata Donny.

Namun, BPBD Pasaman masih menghadapi keku­rangan alat berat, seperti excavator mini dan beku loader, yang diperlukan untuk mempercepat pro­ses pembersihan material longsor. “Kami berharap bisa memiliki satu unit excavator mini dan satu unit beku loader sendiri untuk menangani longsor secara cepat. Saat ini, kami masih mengandalkan alat berat milik PUPR Pasaman,” tambah Donny.

Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Pasaman, Desrianti, mencatatkan ada 136 kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Pasaman sepanjang tahun 2024. Rinciannya termasuk 15 kejadian banjir, 24 longsor, 84 pohon tumbang, 4 puting beliung, 1 banjir bandang, 3 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 3 orang hilang, dan 2 orang hanyut.

Desrianti mengungkapkan bahwa faktor alam, seperti topografi berbukit dan bergunung-gunung serta curah hujan tinggi sepanjang tahun, menjadi penyebab utama tingginya risiko tanah longsor dan banjir di daerah ini. Sungai-sungai besar seperti Su­ngai Pasaman dan Batang Sumpur juga berpotensi menyebabkan banjir.

Selain faktor alam, penebangan hutan liar, pembukaan lahan pertanian, dan struktur geologi yang tidak stabil turut mem­­perburuk kondisi. “Pa­­saman terletak di daerah rawan gempa dengan tanah liat yang mudah tererosi, yang meningkatkan risiko tanah longsor,” kata Desrianti.

Pemerintah daerah setempat terus berupaya mengurangi dampak bencana dengan melakukan mitigasi bencana. Upaya tersebut meliputi penghijauan kembali hutan, pembangunan infrastruktur tahan bencana, serta pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana untuk masya­rakat.

“Selain itu, kami juga menetapkan kawasan ra­wan bencana dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan untuk men­cegah bencana yang lebih besar,” tutup Desrianti. (mir)

 

Exit mobile version