PADANG PANJANG, METRO–Musim durian yang kembali hadir pada awal 2025 ini, menyemarakkan suasana pasar di Padang Panjang, kota hujan. Meskipun cuaca sering kali tak menentu, hiruk-pikuk di pasar tetap terasa ramai. Para pedagang dan pembeli yang berburu durian seakan tak terpengaruh oleh cuaca yang sering mendung.
Meski hari sudah mulai sore, aktivitas di Pasar Pusat tetap berlangsung riuh. Semakin malam semakin ramai pembeli mengerubuti pedagang durian di berbagai lokasi.
Saat menelusuri keramaian, ada sepasang pedagang durian yang konsisten membuka lapaknya setiap hari mulai dari jam 3 sore sampai jam 11 malam. Mereka, Syamsir (60) dan usmanidar (52).
Pasangan suami istri (pasutri) yang tinggal di Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat ini dan menjual durian di Jl. M. Syafe’i, Pasar Padang Panjang. Bagi mereka, musim durian adalah waktu yang penuh tantangan sekaligus peluang.
Durian yang mereka jual, bukanlah hasil dari kebun sendiri. Tapi setiap hari mereka membeli durian dari pihak ketiga dengan harga tunai, lalu membawanya ke pasar menggunakan mobil untuk dijual kembali.
“Kami membeli durian setiap hari dan dijemput dengan mobil. Setelah itu, kami jual lagi di pasar,” kata Syamsir menjelaskan rutinitas mereka yang sudah berjualan selama bertahun-tahun selama musim durian.
Setiap harinya, mereka membeli sekitar 250 buah durian dan dijual kembali dengan harga mulai Rp10.000 hingga Rp100.000 untuk tiga buah durian.
Jika ada sisa yang tidak habis terjual, durian tersebut akan dijual kembali keesokan harinya dengan tambahan stok baru. Kualitas adalah prioritas utama bagi mereka. “Kami hanya jual durian yang manis dan segar. Durian putih dan durian kuning adalah jenis yang paling banyak diminati pembeli,” kata Syamsir.
Untuk memastikan kualitasnya, Syamsir mengandalkan metode tradisional yang sudah teruji. “Kami mengetok durian dengan pisau, kalau berbunyi, berarti durian itu sudah matang dan manis,” ujarnya sambil memperlihatkan teknik tersebut yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Teknik ini, yang sudah dikuasainya bertahun-tahun, membuat durian yang mereka jual selalu memiliki cita rasa yang memuaskan.
Namun, berjualan durian tidak selalu berjalan mulus. Setiap hari, ada sekitar 20 buah durian yang busuk dan tidak dapat dijual. Meski demikian, Syamsir dan Yusmanidar selalu menjaga integritas mereka.
Jika ada pelanggan yang membeli durian busuk, mereka dengan sigap menggantinya dengan yang baru. “Kami selalu berusaha mengganti durian yang rusak, meskipun itu artinya kami harus menanggung kerugian,” kata Syamsir.
Kerugian tersebut tentu tidak sedikit, namun bagi mereka, menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan jauh lebih penting.
“Kami ingin pelanggan datang lagi dan menjadi pelanggan tetap, bukan hanya sekali beli. Itu yang membuat usaha ini terus bertahan,” tambah Yusmanidar.
Tak hanya menjual durian utuh, Yusmanidar juga menambah pendapatan keluarga dengan menjual ketan durian yang menjadi pilihan favorit banyak pembeli.
Ketan durian dijual dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp15.000 per porsi. Sedangkan ketan biasa dihargai Rp10.000, dan durian yang sudah dikupas dijual seharga Rp20.000. “Ketan durian menjadi alternatif lain bagi pembeli yang ingin merasakan durian dalam bentuk olahan,” ujar Yusmanidar.
Meski musim durian hanya datang sekali setahun, semangat Syamsir dan Yusmanidar untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan tak pernah padam. Dalam kesederhanaan, mereka membuktikan bahwa konsistensi dan komitmen terhadap kualitas adalah kunci untuk bertahan dalam usaha yang penuh tantangan ini. (rmd)
Komentar