PADANG, METRO–Setelah 5 bulan mengalami deflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Sumatra Barat (Sumbar) sudah kembali mengalami inflasi sebesar 0,11 persen pada bulan Oktober 2024. Hal itu dipicu lonjakan harga komoditas pangan seperti bawang merah dan daging ayam.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, dalam keterangan persnya, Rabu (6/11). Menurutnya, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh penurunan produksi lokal serta berakhirnya masa panen di Jawa Tengah.
“Sementara itu, harga daging ayam ras mengalami peningkatan akibat terbatasnya pasokan dari daerah sentra, keterbatasan bibit Day Old Chicken (DOC), dan meningkatnya biaya produksi,” ungkap Abdul Majid.
Ditambahkan Abdul Majid, selain faktor pangan, kenaikan harga emas perhiasan juga turut berkontribusi terhadap inflasi Sumatera Barat. Hal ini sejalan dengan tren kenaikan harga emas dunia akibat ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter Amerika Serikat.
“Meskipun demikian, inflasi Sumbar pada Oktober 2024 berhasil tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan lainnya seperti cabai rawit, cabai merah, dan kentang,” ujar Abdul Majid.
Lebih lanjut dikatakan Abdul Majid, untuk mengendalikan inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar telah melakukan berbagai upaya, antara lain melakukan operasi pasar di daerah-daerah yang mengalami tekanan harga yang signifikan.
Kemudian melakukan pemantauan harga dan ketersediaan pasokan melalui sidak pasar, memberikan subsidi ongkos angkut untuk memperlancar distribusi komoditas pangan, mendistribusikan beras SPHP dan stok pangan komersial melalui Bulog.
“Terakhir melakukan rapat koordinasi TPID dan meningkatkan komunikasi dengan masyarakat terkait pentingnya diversifikasi pangan, konsumsi produk olahan, konsumsi pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) hingga pengendalian ekspektasi inflasi masyarakat di berbagai kanal media massa,” kata dia.
Ke depan, ungkap Abdul Majid, TPID Sumbar akan terus berkomitmen dalam menjaga stabilitas laju inflasi melalui strategi 4K, yaitu ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif.
“Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, diharapkan inflasi Sumabr dapat terkendali dan pertumbuhan ekonomi dapat terus berjalan dengan baik,” pungkasnya. (rgr)