PESSEL, METRO— Guna mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Pesisir Selatan, khususnya dalam komoditas padi, Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Selatan meluncurkan terobosan inovatif melalui teknologi Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Selatan, Mardrianto, menjelaskan inovasi ini dalam siaran langsung di TVTani Kementerian Pertanian RI, yang menyoroti pengelolaan lahan sawah dengan MTOT di lahan pertanian Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan IV Jurai.
Dalam paparannya, Mardrianto mengungkapkan bahwa Kabupaten Pesisir Selatan memiliki luas lahan sawah mencapai 23 ribu hektare, di mana sekitar 75% bergantung pada irigasi.
Namun, dari persentase tersebut, sebanyak 35% di antaranya mengalami masalah irigasi.
“Keterbatasan air menjadi tantangan besar yang mempengaruhi produktivitas petani padi di daerah kami,” kata Mardrianto.
Sebagai solusi, Dinas Pertanian Pesisir Selatan mulai menerapkan metode MTOT sejak 2022 melalui beberapa demplot, dan pada 2024 metode ini sudah diterapkan di lahan seluas 20 hektare. Hasilnya, produktivitas padi mencapai 6,8 hingga 7,5 ton per hektare.
Mardrianto menjelaskan, MTOT menggunakan mulsa dari jerami yang menutupi lahan sawah guna menjaga kelembapan tanah sehingga mengurangi kebutuhan air.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Yenni Gusti, menambahkan bahwa teknologi ini melibatkan penggunaan penutup organik seperti jerami atau daun kering yang melindungi tanah dari erosi, menjaga kelembapan, dan mempertahankan kesuburan tanah.
Metode MTOT juga mengurangi kebutuhan alat berat, sehingga dapat menekan biaya dan tenaga kerja.
“Tantangan pertanian semakin besar, dan inovasi ini diharapkan bisa memberikan solusi praktis bagi para petani,” ujar Yenni.
Selain itu, sekolah lapangan di beberapa nagari seperti Kapeh Panji, Kapujan, dan Koto Barapak telah membantu petani menerapkan teknologi ini di lahan seluas 30 hektare.
Target tahun ini mencakup penerapan MTOT pada lahan seluas 400 hektare untuk komoditas padi.
Walinagari Sungai Gayo Lumpo, Nofridal Edi, mengapresiasi terobosan Dinas Pertanian ini. Ia berkomitmen mengalokasikan anggaran pangan nagari untuk mendukung program MTOT dan menggalakkan penggunaannya di kalangan petani.
“Kami juga akan memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk dan mendirikan rumah kompos untuk mendukung ketahanan pangan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Gayo Lumpo, Darwardi, menyebutkan bahwa metode MTOT terbukti mengurangi serangan hama serta memberikan hasil panen yang memuaskan.
Bibit varietas Bujang Merantau 42 yang digunakan juga tahan lama, membantu meningkatkan produktivitas. (rio)