PASBAR, METRO–Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Inflasi yang diselenggarakan oleh Menteri Dalam Negeri RI secara virtual dari Ruangan Balkon Kantor Bupati Pasaman Barat, Selasa (3/9). Rapat tersebut dibuka oleh Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri, Dr. Yusharto Huntoyungo, M.Pd.
Dalam rapat tersebut, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Dr. Nyoto Suwignyo, memaparkan aksi dan strategi yang diterapkan oleh Badan Pangan Nasional dalam mengendalikan inflasi pangan nasional.
Beliau menyampaikan bahwa saat ini komoditas bawang merah perlu mendapatkan perhatian khusus karena harganya berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Menurutnya, harga bawang merah tertekan akibat panen raya yang menyebabkan surplus produksi mencapai 150.000 ton pada bulan Agustus-September. Agar pasar tidak mengalami penurunan harga yang signifikan, diharapkan setidaknya 10% dari surplus tersebut dapat terserap.
“Penurunan harga di tingkat produsen maupun konsumen telah berulang kali terjadi sejak tahun 2021, dimulai dari bulan Agustus hingga November, yang dipicu oleh puncak panen raya. Badan Pangan Nasional telah melakukan mobilisasi bawang merah dari wilayah surplus ke wilayah defisit sebanyak 43.667 kg,” jelasnya.
Selanjutnya, Direktur Statistik Harga, Windhiarso Ponco Adi P., dalam paparannya menyampaikan bahwa tingkat inflasi pada Agustus 2024 mencapai 2,12% (dibandingkan Agustus 2023).
Ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan data inflasi Bulan-ke-Bulan (Month-to-Month) pada Agustus 2024, sebanyak 12 provinsi mengalami inflasi, sementara 26 provinsi lainnya mengalami deflasi. Komoditas utama yang menyumbang deflasi pada Agustus 2024 adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,08%, 0,03%, 0,03%, dan 0,02%.