Implementasi Nyata Nawacita, BUMNag Koto Nan Tigo Ciptakan Alat Penyulingan Serai Wangi

PASAMAN, METRO – Mengingat semakin banyaknya masyarakat membudidayakan serai wangi di Kabupaten Pasaman, menjadikan tanaman olahan ini menjadi salah satu potensi besar untuk pengembangan ekonomi besar bagi masyarakat setempat. Bahkan, Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) Koto Nan Tigo yang dibentuk oleh Nagari Bahagia Kecamatan Padang Gelugur Pasaman, melirik pengelolaan serewangi sebagai salah satu bidang usahanya.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penggarapan potensi desa atau nagari merupakan salah satu tujuan dari kebijakan penggunaan dana desa yang dikucurkan pemerintah pusat hingga ke daerah. Bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo kerap menyampaikan itu di setiap kesempatan dalam kunjungannya ke dawerah.
Disebutkan Presiden, kebijakan dana desa diharapkan tidak semata untuk pembangunan infrastruktur saja. Akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan penggarapan potensi desa atau nagari.
Hal inilah yang dilakukan oleh Nagari Bahagia Kecamatan Padang Gelugur Pasaman. Melalui BUMNag Koto Nan Tigo yang dibektuk, terus beriniovasi dalam upaya mensejahterakan masyarakat di Nagari itu sendiri. Selain bergerak di bidang penjualan alat-alat pertanian, Kini BUMNag Koto Nan Tigo menciptakan penyulingan serai wangi terbaru. Biasanya, petani di daerah itu cuman menggunakan penyulingan satu tungku, namun BUMNag Koto Nan Tigo menciptakan alat penyulingan serai wangi dua tungku. Hasil minyaknya lebih banyak dibandingkan alat penyulingan 1 tungku.
Direktur Bumnag Koto Nan Tigo Nagari Bahagia Kecamatan Padang Gelugur Pasaman Syarif Matua SE mengatakan, sangat merasakan kehadirnya pemerintah pusat hingga ke pelosok nagari dalam upaya pengembangan daerah. Tidak hanya pembangunan infrastruktur akan tetapi juga memberikan jalan agar masyarakat bisa mengelola potensi daerahnya sendiri.
Katanya, Melalui BUMnag yang dia kelola, pihaknya berupaya mencarikan inovasi penyulingan serai wangai yang saat ini menjadi salah satu usaha yang meraka jalankan. Salah satunya adalah dengan membuat penyulingan dua tungku.
Diceritakannya, menjadikan serewangi sebagai salah satu usaha yang BUMNag yang mereka jalankan berawal saat melihat semangat para petani untuk mengembangkan kebun serai wangi di daerah itu. Selama ini berbagai macam kendala yang dihadapi para petani serai wangi di daerah tersebut dalam pengelolaannya. Sehingga hasilnya pun tidak memuaskan.
“ Biasanya satu memasak itu hasinya hanya sekitar 8 ons sampai 1 Kg. Namun kini, para petani sudah bisa menghasilkan minyak serai wangi sebanyak 1,6 Kg hingga 2 Kg persatu kali masak setelah lahirnya Inovasi alat penyulingan serai wangi dua tungku,” jelasnya.
Dengan menggunakan penyulingan dua tunggu, selain hasilnya lebih epektif, cara kerjanya juga lebih murah dan peraktis bahkan mampu mengirit kayu bakar. Saat ini, tidak hanya petani di nagari bahagia itu saja yang memakai alat penyulingan serai wangi dua tungku tersebut. Namun para petani dari berbagai kecamatan di Pasaman termasuk Kecamatan Rao, Rao Selatan, Rao Utara, Mapattunggul, Mapatunggul Selatan, Panti, Lubuk Sikaping sudah ikut mememsan alat tersebut. “Pemasrannya pun sudah sampai ke Kabupaten Mandailing Sumatera Utara,” ungkapnya.
Harga satu unitnya tentu lebih mahal dari alat penyulingan serai wangi yang dipakai oleh masyarakat sebelumnya yakni sebesar Rp. 2600.000 rupiah.
“Hanya lebih mahal sedikit, biasanya orang menjual 1 tunggu itu dengan harga Rp. 1.800.000 rupiah kita jual Rp. 2.600.000 rupiah,” jalas Syarif.
Selain menciptakan alat penyulingan dua tungku, pihaknya juga mampu melahirkan minyak Gosok Pijat Oles (GPO) dan Sabun yang bahan bakunya dari minyak serai wangi. Sabun minyak serai wangi tersebut diberi label sabun rancak dan mempunyai 4 macam bentuk pertama bentuk bulat ukuran kecil, standar hotel, Love dan bentuk petak.
Sementara Walinagari Bahagia Padang Gelugur Amri Pasaribu sangat mengapresiasi langkah Bumnag Koto Nan Tigo Nagari Bahagia Padang Gelugur karena mampu melahirkan Inovasi-inovasi yang baru yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya.
Dia juga menyampaikan terimakasih kepada pemerintah Pusat yang telah mengurukan anggaran besar untuk pembangunan di daerahnya.
Amri Pasaribu juga mengungkapkan Bumnag Koto Nan Tigo berhasil dibentuk pada awal tahun 2017. Ditahun itu, pihaknya mengucurkan dana desa (DD) untuk memodali Bumnag tersebut sebesar Rp. 221 juta untuk bergerak dibidang jual alat pertanian di daerah tersebut, seperti Pupuk, Racun dan lainnya.
Pada tahun 2018 sebesar Rp. 211 juta lebih kecil sedikit dibanding tahun 2017 lalu, tahun 2019 ini pihaknya mencoba mengucurkan dana sebesar Rp.300 juta untuk memodali Bumnag Koto Nan Tigo tersebut. (cr6)

Exit mobile version