PADANG, METRO–Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan dan petani dalam mengelola kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terletak di bagian hulunya. Yakni, terkait besarnya biaya operasional perkebunan.
Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, Prof. Dr. Erliza Hambali mengungkapkan, dengan melibatkan petani, pengusaha dan perguruan tinggi, telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengurangi biaya perkebunan ini.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan dengan melaksanakan karbonisasi terhadap lahan sawit yang kosong, sehingga menjadi jadi biochar atau yang dikenal masyarakat dengan nama arang tempurung.
“Jadi biochar ini diberikan ke pokok tanaman. Ini perlu dilakukan, karena Indonesia tidak punya sumber pupuk yang cukup. Seperti pospor. Sebagian besar impor. Pupuk anorganik KCL, kita impor juga dari Rusia dan Kanada. Kalau terjadi perang Rusia Ukraina, supply change terganggu, harga pupuk naik, yang menderita petani,” ungkap Erliza, usai membuka Workshop bertajuk “Sosialisasi Karbonisasi Tandan KosongSawit dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Kesuburan Tanah pada Perkebunan Sawit,” Jumat (5/7) di Padang.
Dengan manfaat biochar hasil karbonisasi ini, perlu disosialisasikan sehingga petani “tidak marah” lagi kepada pemerintah karena harga pupuk naik lagi. “Apalagi dengan kondisi rupiah yang melemah seperti sekarang, Ini salah satu upaya membantu para petani sawit. Karena sawit sumber devisa terbesar dari Indonesia,” terang Erliza pada kegiatan Workshop yang didukung oleh SBRC IPB University dengan dukungan BPDPKS dan APOLIN itu.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand), Dr. Ir. Indra Dwipa, MS mengatakan, sumbangan perkebunan sawit terhadap devisa Indonesia sangat besar di masa Covid-19, mencapai Rp300 triliun. “Jumlah ini sangat luar biasa karena bisa selamatkan Indonesia di masa Covid-19. Jadi sawit ini yang menyelamatkan perekonomian Indonesia,” ungkapnya.
Indra Dwipa menambahkan, yang menjadi kunci dari budidaya sawit adalah tanaman sawit butuh pemupukan. Kalau tidak dipupuk tidak menghasilkan tandan buah segar (TBS). Menurutnya, prospek antara petani dan pengusaha itu berbeda.