Demikian juga guru, kalau numerasi rendah, maka akan sering lambat datang sekolah. Karena tidak bisa memperhitungkan kapan harusnya bersiap-siap datang ke sekolah. Kalau terlambat maka tidak tepat waktu. Ada juga guru yang memberikan nilai kepada siswanya yang sudah meninggal. Ini karena pengetahuan dan daya ingatnya rendah. Jadi semuanya mengayomi dalam kehidupan literasi dan numerasi.
Sekolah harus mampu menumbuhkan motivasi siswanya datang ke pustaka mencari sumber sumber bacaan. Ada progran satu guru, satu buku. Satu guru satu tahun membuat satu buku dan dicetak. Satu murid atau siswa membuat membuat satu buku selama satu tahun. Bisa saja menulis buku novel dan lainnya.
Dengan rajin membaca, maka guru dan siswa akan memiliki kemampuan berbicara. Jika tidak tidak bisa bicara karena wawasan terbatas. Ada orang yang kemampuan debatnya di televisi tidak mau kalah. Karena argumentasinya kuat. Hal ini dikarenakan literasinya bagus, bacaannya lengkap. Bukan hanya bidang ilmu tertentu, tapi semua bidang.
Jadi ilmu itu kata Barlius, sifatnya multidimensi. Dengan banyak membaca, banyak baca ekonomi, hukum dan lainnya. Sehingga jago debat. Dulu banyak orang Minang yang kemampuan debat dan diplomasinya hebat. Seperti Hamka yang memahami semua ilmu dan bidang. Dapat gelar doktor dan profesor di Univeritas Al Azhar Mesir. Ada Sutan Syahrir, yang tidak tamat sekolah, tetapi umur 36 tahun sudah menjadi perdana menteri. “Sutan Syahrir naik menjadi perdana menteri tidak karena ayahnya, tapi berenang sendiri di lautan revolusi Indonesia. Ada Tan Malaka dengan karya madilog jadi bacaan wajib di perguruan tinggi di dunia seperti di Harvard University,” ungkapnya.
Barlius juga meminta agar program di sekolah untuk penganggaran BOS ada program penguatan literasi ini. Dengan meningkatnya literasi, maka diharapkan siswa di sekolah dapat melahirkan karya. Barlius juga meminta sekolah menggelar pelatihan menulis dan mengundang orang-orang hebat menulis untuk belajar. “Ada jurnalis yang banyak orderan menulis buku biografi. Silahkan undang mereka untuk menggelar pelatihan,” ajaknya.
Banyak inovasi lainnya yang perlu dilahirkan di sekolah, seperti program mereview isi buku, listen study dan lainnya. Juga ada forum diskusi dan sharing ide. Ada juga program pekan literasi dan numerasi di sekolah. Ada bazar buku, kakak kelas mendongeng.
Ketua Panitia Sosialisasi Assesmen Nasional Tahun 2024, Benny Wahyudi mengatakan, Sumbar partisipasi pelaksanaan Assesmen Nasional terbaik nomor satu secara nasional. Partisipasi untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan SLB mencapai 100 persen. Namun, tingkat SMK partisipasinya hanya 99 persen. Hal ini dikarenakan ada satu SMK yang tidak memiliki siswa, sehingga mempengaruhi hasil Assesmen Nasional. (fan)
















